MANGUPURA– Dampak cuaca ekstrem membuat ayunan – ikon Pantai Petitenget nyaris ambruk tergerus abrasi dengan kedalaman sekitar 2 meter pada Rabu (19/1). Fenomena ini memang rutin terjadi tiap tahunnya. Diakibatkan berbeloknya loloan atau muara sungai sekitar menuju pantai.
Bendesa Adat Kerobokan AA Putu Sutarja mengakui ayunan itu tergerus abrasi pada awal Januari dan biasanya normal kembali pada akhir Februari. “Itu biasa seperti itu. Kalau sudah Melasti, dia akan berubah kembali rata. Beda dengan sekarang, biasanya belokannya berada di tengah-tengah, pas di jembatan itu lurus ke arah laut,” jelas Sutarja dikonfirmasi, kemarin.
Ia menegaskan peristiwa itu rutin terjadi tiap tahunnya sama seperti datangnya sampah saat musim angin barat. “Kalau soal ayunan itu, memang merupakan ikon kita berkaitan dengan pelaksanaan Festival Petitenget di tahun 2018 lalu,” terangnya.
Secara terpisah, Lurah Kerobokan Kelod I Made Wistawan tak menampik tergrusnya ayunan tersebut dan dia menyebut itu sebagai sebuah fenomena yang sudah biasa terjadi di pesisir Pantai Petitenget. “Alur loloan itu memang selalu berubah-ubah, tanpa bisa kita prediksi,” ungkapnya.