SINGARAJA – Puluhan anak di Kabupaten Buleleng positif terjangkit HIV/AIDS. Kini para aktivis yang bergerak pada bidang HIV/AIDS, tengah fokus melakukan pendampingan pada anak-anak ini.
Harapannya agar anak-anak bisa termotivasi dan meneruskan pengobatan secara kontinu. Sehingga kondisi kesehatannya bisa terus membaik.
Hingga bulan Oktober 2017, data di Dinas Kesehatan Bali menunjukkan, jumlah penderita HIV/AIDS di Buleleng mencapai 2.703 orang.
Angka itu merupakan jumlah kumulatif sejak kasus HIV pertama kali ditemukan di Buleleng pada tahun 1999 silam.
Dari jumlah tersebut, ada puluhan anak-anak yang dinyatakan positif tertular HIV/AIDS dari orang tuanya.
Konselor HIV Yayasan Citra Usadha Indonesia (YCUI) Buleleng, Made Ricko Wibawa mengatakan, sejak 2001 lalu pihaknya sempat mendampingi 35 orang anak yang dinyatakan positif HIV.
Namun itu bukan berarti semua orang dengan HIV/AIDS (ODHA) anak yang didampingi YCUI. Ada pula yang tak mau didampingi, maupun diajak ke luar daerah oleh orang tuanya.
Dari jumlah 35 orang anak itu, kini tinggal 25 orang lagi yang masih didampingi YCUI Buleleng. “Sepuluh lainnya karena kondisinya sudah memprihatinkan, meninggal dunia.
Terakhir dua tahun lalu, satu anak dampingan kami meninggal karena infeksinya sudah menyebar,” kata Ricko saat ditemui Senin (4/12).
Menurut Ricko, ODHA anak itu bisa disebut sebagai korban. Pasalnya, anak-anak dampingan YCUI Buleleng tertular HIV/AIDS dari orang tuanya.
Biasanya penularan berasal dari pria yang melakukan hubungan seksual beresiko. Virus itu kemudian ditularkan kepada istrinya.
Belakangan sang istri hamil, kasus HIV belum terdeteksi. Akibatnya tidak bisa dilakukan langkah pencegahan ketika persalinan.
Saat ini ada dua ODHA anak dampingan YCUI Buleleng yang telah memahami status mereka sebagai ODHA.
Mereka tetap melakukan pengobatan secara kontinu. Proses pendidikan juga mereka terima dengan baik, tanpa harus mendapat stigma negatif dari masyarakat maupun teman-temannya.