JAKARTA, radarbali.id– Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengapresiasi upaya masyarakat untuk melestarikan mahakarya kain tenun Batak. Kain tenun merupakan karya kreatif yang harus diwariskan kepada generasi muda sehingga terjadi kesinambungan antargenerasi.
Demikian ditegaskan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menanggapi pelaksanaan “Pameran Tenun Batak, Ekosistem Budaya & Masyarakat,” yang diadakan di JCC Hall A. Pameran berlangsung sejak 9-13 Februari 2022. Pameran ini diselenggarakan Rumah Komunitas Jabu Bonang dan PT Toba Tenun Sejahtera.
“Saya mengapresiasi Pameran Kain Tenun Batak dan semua upaya untuk melestarikan mahakarya kain tenun di berbagai daerah,” kata Mendag Lutfi di Jakarta, Jumat (11/2).
Dikatakan Mendag Lutfi, kain tenun ini merupakan warisan leluhur yang sangat istimewa dan diwariskan secara turun-temurun di seluruh Tanah Air.
“ Produksi kain tenun ini dapat menggerakkan ekonomi di daerah. Saya berharap generasi muda tidak meninggalkan kain tenun ini agar tercipta regenerasi, “ ujar Mendag Lutfi.
Sementara itu, founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra Kerri Na Basaria, seperti dalam siaran persnya berharap pameran ini dapat menumbuhkan kecintaan generasi muda pada kain tenun. Toba Tenun sebagai organisasi dan komunitas budaya fokus pada program revitalisasi dan pengembangan tekstil.
“Alasan utama kami dalam melakukan pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas peningkatan kompetensi dan edukasi tetapi juga menciptakan regenerasi,” ujar Kerri Na Basaria.
Dikatakan Kerri, secara tradisi, di banyak daerah di Indonesia, kegiatan menenun merupakan profesi kerajinan tangan yang dilakukan oleh perempuan dan kemudian diteruskan dari generasi ke generasi. Secara sosial ekonomi, tenun merupaan bentuk kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga, dan lebih luas lagi, ekonomi daerah.
“Bagaimana potensi yang sangat besar ini memiliki ekosistem kuat dan meningkatkan nilai tambah tenun sebagai kerajinan bernilai tinggi,” tambahnya.
Toba Tenun mendirikan rumah komunitas Jabu Bonang sebagai salah satu bentuk usaha dalam pengembangan komunitas artisan dan/atau stakeholders kain tenun di Sumatera Utara. Komunitas ini akan terus mengembangkan Tenun Batak tidak sebatas dari revitalisasi, namun juga inovasi dalam mengolah kain tenun dengan motif kontemporer.
“Kain tenun Batak kontemporer merupakan hasil riset dari berbagai macam elemen seni dan budaya Batak untuk menghasilkan kain yang bisa mengisi kebutuhan orang masa kini selain kebutuhan adat. Kami tetap mempertahankan intisari dari seni budaya yang diadaptasi, tanpa mengusik kain dengan motif dan kegunaan yang bernilai sakral,” katanya.
Pameran ini menampilkan koleksi tenun (tekstil dan produk mode) karya inovasi perajin dari kelompok binaan Jabu Bonang.
Terdapat tiga ruangan yang masing-masingnya menceritakan perjalanan Toba Tenun. Pertama adalah ruang legacy yang memberikan penjelasan tentang filosofi dan pergerakan budaya dan gambaran bagaimana penggunaan tenun Batak dalam kehidupan masyarakat Batak. Pada ruangan ini juga menampilkan koleksi Ulos lawas Pinusaan.
Ruangan kedua adalah innovation yang bercerita tentang komitmen Toba Tenun dalam merevitalisasi tenun Batak secara bertanggung jawab (sustainable), pengembangan motif-motif kontemporer turunan dari motif tenun Batak, hingga informasi terkait ekosistem Tenun di Sumatera Utara.
Ruangan ketiga bernama community yang menampilkan kekuatan ekosistem tenun berbasis komunitas dan kelompok kerja. Toba Tenun memiliki rumah komunitas partonun Jabu Bonang serta kampanye tentang fair trade dan transparansi bisnis bagi perajin.
“Keunggulan nilai-nilai kearifan lokal serta kekuatan komunitas mampu menjadi model pembangunan yang berlandaskan kebudayaan. Kami juga menekankan bahwa ekosistem masyarakat lokal dapat menjadi penguatan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan ekologis,” imbuhnya. (rba)
Mendag: Yuk Datang ke Pameran Tenun Batak
JAKARTA, radarbali.id– Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengapresiasi upaya masyarakat untuk melestarikan mahakarya kain tenun Batak. Kain tenun merupakan karya kreatif yang harus diwariskan kepada generasi muda sehingga terjadi kesinambungan antargenerasi.
Demikian ditegaskan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menanggapi pelaksanaan “Pameran Tenun Batak, Ekosistem Budaya & Masyarakat,” yang diadakan di JCC Hall A. Pameran berlangsung sejak 9-13 Februari 2022. Pameran ini diselenggarakan Rumah Komunitas Jabu Bonang dan PT Toba Tenun Sejahtera.
“Saya mengapresiasi Pameran Kain Tenun Batak dan semua upaya untuk melestarikan mahakarya kain tenun di berbagai daerah,” kata Mendag Lutfi di Jakarta, Jumat (11/2).
Dikatakan Mendag Lutfi, kain tenun ini merupakan warisan leluhur yang sangat istimewa dan diwariskan secara turun-temurun di seluruh Tanah Air.
“ Produksi kain tenun ini dapat menggerakkan ekonomi di daerah. Saya berharap generasi muda tidak meninggalkan kain tenun ini agar tercipta regenerasi, “ ujar Mendag Lutfi.
Sementara itu, founder dan CEO PT Toba Tenun Sejahtra Kerri Na Basaria, seperti dalam siaran persnya berharap pameran ini dapat menumbuhkan kecintaan generasi muda pada kain tenun. Toba Tenun sebagai organisasi dan komunitas budaya fokus pada program revitalisasi dan pengembangan tekstil.
“Alasan utama kami dalam melakukan pemberdayaan masyarakat tidak hanya sebatas peningkatan kompetensi dan edukasi tetapi juga menciptakan regenerasi,” ujar Kerri Na Basaria.
Dikatakan Kerri, secara tradisi, di banyak daerah di Indonesia, kegiatan menenun merupakan profesi kerajinan tangan yang dilakukan oleh perempuan dan kemudian diteruskan dari generasi ke generasi. Secara sosial ekonomi, tenun merupaan bentuk kontribusi perempuan terhadap kesejahteraan keluarga, dan lebih luas lagi, ekonomi daerah.
“Bagaimana potensi yang sangat besar ini memiliki ekosistem kuat dan meningkatkan nilai tambah tenun sebagai kerajinan bernilai tinggi,” tambahnya.
Toba Tenun mendirikan rumah komunitas Jabu Bonang sebagai salah satu bentuk usaha dalam pengembangan komunitas artisan dan/atau stakeholders kain tenun di Sumatera Utara. Komunitas ini akan terus mengembangkan Tenun Batak tidak sebatas dari revitalisasi, namun juga inovasi dalam mengolah kain tenun dengan motif kontemporer.
“Kain tenun Batak kontemporer merupakan hasil riset dari berbagai macam elemen seni dan budaya Batak untuk menghasilkan kain yang bisa mengisi kebutuhan orang masa kini selain kebutuhan adat. Kami tetap mempertahankan intisari dari seni budaya yang diadaptasi, tanpa mengusik kain dengan motif dan kegunaan yang bernilai sakral,” katanya.
Pameran ini menampilkan koleksi tenun (tekstil dan produk mode) karya inovasi perajin dari kelompok binaan Jabu Bonang.
Terdapat tiga ruangan yang masing-masingnya menceritakan perjalanan Toba Tenun. Pertama adalah ruang legacy yang memberikan penjelasan tentang filosofi dan pergerakan budaya dan gambaran bagaimana penggunaan tenun Batak dalam kehidupan masyarakat Batak. Pada ruangan ini juga menampilkan koleksi Ulos lawas Pinusaan.
Ruangan kedua adalah innovation yang bercerita tentang komitmen Toba Tenun dalam merevitalisasi tenun Batak secara bertanggung jawab (sustainable), pengembangan motif-motif kontemporer turunan dari motif tenun Batak, hingga informasi terkait ekosistem Tenun di Sumatera Utara.
Ruangan ketiga bernama community yang menampilkan kekuatan ekosistem tenun berbasis komunitas dan kelompok kerja. Toba Tenun memiliki rumah komunitas partonun Jabu Bonang serta kampanye tentang fair trade dan transparansi bisnis bagi perajin.
“Keunggulan nilai-nilai kearifan lokal serta kekuatan komunitas mampu menjadi model pembangunan yang berlandaskan kebudayaan. Kami juga menekankan bahwa ekosistem masyarakat lokal dapat menjadi penguatan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan ekologis,” imbuhnya. (rba)