SINGARAJA – Mencuatnya konflik antara dokter fungsional dengan direksi di RSUD Buleleng, sempat membuat masyarakat khawatir tak mendapat pelayanan.
Meski konflik mencuat, direksi rumah sakit menjamin masyarakat akan tetap mendapatkan pelayanan yang optimal.
Dirut RSUD Buleleng dr. Gede Wiartana mengatakan, pihaknya tengah berupaya menyelesaikan permasalahan yang muncul di rumah sakit.
Sejauh ini, kata Wiartana, pelayanan di rumah sakit berjalan dengan normal. Meski ada keluhan dari dokter, sebenarnya hal itu masih bisa ditangani.
Salah satu poin yang menjadi sorotan, adalah ketersediaan obat. Menurut Wiartana, saat ini memang ada beberapa obat yang mengalami kekosongan.
Salah satunya obat paracetamol sirup. Konon obat ini pula yang dikeluhkan oleh dokter spesialis, hingga ngelurug DPRD Buleleng, Senin (11/12) lalu.
Meski obat kosong, Wiartana menyatakan hal itu bukan hal prinsip. “Ada obat-obat lain yang bisa digunakan, dengan fungsi sama.
Bukan paracetamol saja obat penurun panas. Ada obat lain yang punya fungsi sama. Begitu juga obat lain, secara prinsip tidak ada masalah,” kata Wiartana kemarin.
Disinggung masalah konflik antara direksi dengan dokter fungsional di RSUD Buleleng, Wiartana menegaskan pihaknya sudah berupaya semaksimal mungkin memenuhi keinginan para dokter.
Salah satu contohnya soal izin belajar dan kegiatan-kegiatan lain seperti peningkatan kualifikasi dan kongres.
Wiartana tak membantah bahwa direksi selektif dalam memberikan izin, karena berkaitan dengan pelayanan.
“Misalnya ada kongres. Kita punya dokter gigi lima, ya jangan semua berangkat lah. Berangkat gantian, karena tahun depan ada lagi.
Pelayanan juga harus dikedepankan, biar tidak terganggu. Kegiatan-kegiatan itu jangan sampai mengganggu pelayanan,” tegas Wiartana.