SINGARAJA – Talenta-talenta muda aktor dan sutradara teater di Bali, terus bermunculan. Buktinya, pada ajang Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya, sejumlah aktor dan sutradara berbakat menunjukkan keahlian mereka.
Meski dengan segala keterbatasan, penampilan mereka layak diapresiasi. Festival monolog pada pekan terakhir bulan Desember ini, memang terus digeber.
Senin (25/12) malam lalu, ada tiga naskah monolog karya Putu Wijaya yang dipentaskan di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Undiksha Singaraja.
Ketiga naskah itu masing-masing “Rakyat” produksi Teater Galang Kangin SMAN 4 Singaraja, dengan aktor Ulan Cahyani dan sutradara Trisha Rikasanti;
naskah “Poligami” produksi Teater Kontras SMAN 1 Singaraja, yang dimainkan aktor Febriana Merdianti dan sutradara Wahyudi Sindarta; serta naskah “Babi” produksi Teater Orok Universitas Udayana, dengan aktor Michel dan sutradara Iin Valentine.
Seluruh aktor dan sutradara berupaya menghadirkan penampilan terbaik. Meski hanya duduk beralaskan karpet, penonton pun dimuat termangu dengan pementasan di atas panggung.
Dengan keterbatasan fasilitas yang ada, aktor dan sutradara muda sudah menunjukkan penampilan yang prima.
Inisiator Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya, Putu Satria Kusuma mengatakan, dalam pementasan Senin malam lalu, proses produksi bisa dibilang banyak mengalami keterbatasan lampu, gedung, dan infrastruktur teater lainnya.
Meski terbatas, hal itu tak membunuh ruang-ruang kreatifitas para aktor dan sutradara. “Mereka mengoptimalkan apa yang ada, dan apa yang mereka miliki.
Buktinya pementasan bisa mengalir. Anak-anak kebudayaan jaman now sudah menjawab bahwa mereka mampu, tanpa menggunakan teori ini-itu,” kata Satria.
Dengan tiga pementasan pada Senin malam lalu itu, jumlah total pementasan selama Festival Monolog Bali yang berlangsung sejak setahun terakhir ini, sudah mencapai 92 naskah.
Hanya perlu delapan naskah lagi untuk memenuhi target 100 monolog selama setahun