DENPASAR – Ada kurang 4.389 jenazah yang diterima RS Sanglah sepanjang 2017. Secara keseluruhan jenazah yang diterima merupakan korban laka lantas,
meninggal karena sakit, korban pembunuhan, dan beberapa korban lainnya seperti tenggelam dan jatuh dari tebing.
Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah dr Dudut Rustyadi mengatakan,penitipan jenazah di Kedokteran Forensik RS Sanglah sebenarnya overcapacity.
Karena forensik hanya memiliki 12 unit freezer untuk pembekuan mayat. Satu unit freezer dapat menampung sekitar 5 sampai 10 jenazah.
Untuk menyiasati overcapacity, forensik harus menggunakan formalin. Selanjutnya jenazah dimasukkan ke dalam peti jenazah.
Diakui dr. Dudut, karakteristik kamar jenazah di Bali berbeda dengan di luar Bali. Untuk yang meninggal yang berada di luar RS Sanglah jika memang belum waktunya dikremasi atau ngaben, pasti akan dititipkan di rumah sakit.
Jadi semua jenazah yang ada di forensik tidak semua meninggal di RS Sanglah. Sehingga hal tersebut membuat jenazah yang berada di RS Sanglah sangat banyak.
“Selama setahun ada sekitar 841 jenazah dari luar rumah sakit yang dititipkan dengan angka kematian di rumah sakit salah sehari mencapai 8-10 jiwa,” jelasnya.
Untuk kremasi sepanjang 2017 dilakukan sebanyak dua kali. Di bulan Februari 30 jenazah yang dikremasi dan di bulan Agustus 16 jenazah yang dikremasi.
Jenazah-jenazah yang dikremasi tanpa memiliki identitas, terlantar dan tidak diambil oleh keluarga. Termasuk juga jenazah warga negara asing yang tidak diambil keluarganya.
“Kremasi sebenarnya bukan tugas rumah sakit tetapi tugas dari Dinas Sosial Provinsi. Tapi, RS Sanglah sebagai tim kremasi yang membantu
ketika melakukan upacara kremasi. Untuk pembiayaan seluruh biaya kremasi dari Dinas Sosial Provinsi Bali,” tandasnya.