Kelompok masyarakat yang menamakan diri Kubu Ahong, di Desa Panji, mengembangkan produk unik dari sampah. Bukan hanya pupuk organik cair dan pestisida, mereka juga tengah mengembankan produk perawatan kulit yang berasal dari sampah organik.
Eka Prasetya, Buleleng
BOTOL plastik itu berjajar di atas meja. Pada bagian label, tertulis bahwa cairan-cairan itu merupakan skin care alias produk perawatan untuk kulit. Produk-produk itu ternyata dibuat dari sampah organik segar.
Produk itu diproduksi oleh Kubu Ahong– sebuah kelompok pengelola sampah di Desa Panji. Kelompok ini berusaha berinovasi dengan menghasilkan produk-produk perawatan tubuh. Bahan dasarnya tentu saja sampah.
Kelompok ini sebenarnya bermula dari para petani di Desa Panji. Mereka resah dengan pemanfaatan pupuk kimia yang terlalu berlebihan. Para petani pun menghimpun diri dalam sebuah kelompok yang diberi nama Kubu Ahong. Lebih dari 15 orang petani terlibat di dalamnya. Nama “kubu” sengaja dipilih, agar terasa lebih akrab.
Di kelompok tersebut para petani berbagi pengetahuan soal mengelola lahan secara organik. Mulai tahun 2020, mereka melakukan pengelolaan sampah organik. Sampah yang terkumpul dikelola menjadi eco enzyme, pestisida nabati, serta pupuk organik cair.
Pada pertengahan 2020, anggota kelompok dilibatkan dalam pelatihan pengelolaan dan pengolahan sampah organik. Salah satunya memanfaatkan sampah organik menjadi produk perawatan. Dari pelatihan itu mereka akhirnya memutuskan membuat produk kecantikan. Produk awal adalah sabun mandi.
Berbekal suntikan modal dari Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM), kelompok ini mulai melakukan proses riset dan uji coba.
“Kebetulan waktu itu kami dapat BPUM Rp 1,2 juta. Kami cairkan di BRI Banyuasri. Dana itu yang kami pakai riset dan uji coba,” kata Gusti Ketut Arinadi, Ketua Kelompok Kubu Ahong.
Butuh waktu selama setahun bagi kelompok ini melakukan uji coba. Produk tersebut akhirnya berhasil diluncurkan ke pasar sejak pertengahan 2021 lalu. (Bersambung)