SINGARAJA– Dinas Kesehatan Buleleng kini harus memecah konsentrasi mereka. Selain disibukkan dengan penanganan pandemi covid-19 dan kejar target realisasi vaksin booster, Dinkes juga harus menuntaskan masalah stunting. Saat ini Dinkes memilih fokus pada 21 desa di Buleleng, sehingga penanganan dapat dilakukan lebih komprehensif.
Versi Dinkes Buleleng, saat ini angkat stunting di Kabupaten Buleleng sudah turun secara drastis. Pada tahun 2018, kasus stunting mencapai 32 persen dari jumlah balita di Buleleng. Sementara pada tahun 2021, kasus stunting tinggal 3,6 persen dari total balita. Secara angka, jumlahnya sekitar 1.004 orang anak.
Kepala Dinas Kesehatan Buleleng, dr. Sucipto mengatakan pemerintah telah berusaha menurunkan angka stunting sejak beberapa tahun terakhir. Terutama setelah pusat menyatakan bahwa angka stunting di Buleleng cukup tinggi.
“Kami sudah berusaha melakukan intervensi lewat program-program yang ada. Termasuk kerjasama dengan beberapa instansi teknis. Misalnya Dinas PU lewat program sanitasi dan air bersih. Sedangkan dari kami memberikan pemantauan kesehatan, susu, dan makanan tambahan pada balita,” kata Sucipto yang didampingi Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Buleleng Gede Suratanaya.
Lebih lanjut Sucipto mengatakan, saat ini ada 21 desa yang akan mendapat prioritas penanganan stunting. Nantinya pemerintah akan menggelontorkan sejumlah program ke desa-desa tersebut. Program itu tak hanya diluncurkan oleh DInkes Buleleng, tapi juga beberapa instansi pemerintahan lainnya.
Dinkes rencananya akan meluncurkan beberapa program yang akan diberikan secara spesifik kepada balita stunting. Seperti pemberian makanan tambahan, tablet penambah darah, serta stimulan pemulihan.
Sementara instansi lain, akan lebih banyak menggelontorkan program yang terkait pemulihan lingkungan. Seperti DInas PU yang akan menyiapkan program jamban keluarga, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan yang menyiapkan program pekarangan pangan lestari, serta Dinas Lingkungan Hidup yang memiliki program kebersihan lingkungan.
Menurutnya kolaborasi lintas sektor itu cukup efektif menekan angka stunting. “Pengalaman 3 tahun terakhir, dampak dari program-program yang diberikan dinas lain justru lebih berpengaruh menekan angka stunting. Itu pengaruhnya sampai 70 persen. Sedangkan program kami dari kesehatan hanya pengaruh sekitar 30 persen saja. Memang kalau bicara stunting, faktor lingkungan itu sangat berpengaruh,” ujar Sucipto.
Adapun desa-desa yang akan menjadi prioritas adalah Desa Pangkungparuk, Ularan, Unggahan, Joanyar, dan Banjar Asem di Kecamatan Seririt; Desa Bontihing dan Desa Pakisan di Kecamatan Kubutambahan; Kelurahan Banyuning, Desa Penglatan, Kelurahan Penarukan, dan Desa Nagasepaha di Kecamatan Buleleng; Desa Pegayaman, Tegallinggah, dan Pancasari di Kecamatan Sukasada; Desa Gesing dan Gobleg di Kecamatan Banjar; Desa Tirtasari di Kecamatan Busungbiu; serta Desa Tembok, Tejakula, Sambirenteng, dan Les di Kecamatan Tejakula.