29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:28 AM WIB

Melihat Tanaman Kapas di Dusun Tegalanglangan, Desa Datah, Abang, Bali

Tanaman kapas yang ditanam pada Desember 2021 lalu kini mulai terlihat. Namun, hasilnya tak sesuai harapan. Seperti apa?

 

ZULFIKA RAHMAN, Karangasem

 

HEKTARAN tanaman kapas menghijau di atas lahan. Sejumlah petani pun memperlihatkan tanaman kapas yang sudah berbuah. Hanya saja buahnya masih belum maksimal.

 

Hal itu diungkapkan I Gede Putra – ketua kelompok tani Merta Sari Bulakan di Dusun Tegalanglangan, Kecamatan Abang.

 

Gede Putra mengatakan, hasil tanaman kapas kurang bagus. Faktor penyebab tanaman kapas tak bisa berbuah secara maksimal akibat cuaca hujan deras yang terjadi sepekan terakhir. “Hujan deras membuat buahnya tidak berkembang secara optmal,” ujar Gede Putra Kamis (24/3).

 

Agar tidak memperburuk kualitas, para petani terpaksa harus memanen lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Panen kapas sudah dilakukan para petani sejak tanggal 7 Maret lalu. Buah kapas yang dipanen itu merupakan buah bagian bawah saja. Artinya buah kapas yang masih berada di bagian bawah tanaman, kondisinya belum optimal.

 

“Karena hujan deras belakangan ini, terpaksa kami panen. Meskipun hasilnya tidak sempurna ya kami upayakan panen dari pada rusak total,” kata Putra.

 

 

 

Lebih lanjut Putra menuturkan, tahapan panen yang dilakukan sebenarnya baru satu persen. “Ini baru tahap awal. Baru 1 persen. Meski buah belum sempurna, tapi masih bisa dimanfaatkan,” imbuhnya.

 

Lebih lanjut I Gede Putra mengatakan untuk saat ini hasil panen buah kapas ditampung di masing-masing rumah petani. Penyimpanan buah kapas pun tidak bisa sembarangan. Harus disimpan dengan posisi tidak menyentuh tanah. “Kalau langsung menyentuh tanah pasti akan rusak. Kalau cuaca panas kami jemur agar hasilnya bisa lebih bagus,” ucapnya.

 

Untuk saat ini, para petani bingung untuk memasarkan produk kapas Pihaknya masih menunggu mekanisme pemasaran kapas dari Pemkab Karangasem. “Kami masih tunggu tindakan dari pemerintah untuk pemasaran kapas ini. Entah bagaimana mekansimenya saya sudah berusaha koordinasi dengan pihak terkait. Katanya masih dirapatkan,” tuturnya.

 

Disinggung mengenai harga kapas di pasaran, Putra mengaku sebelumnya pada tahun 2008 silam pihaknya pernah melakukan budidaya kapas. Bahkan proses penjualannya normal meskipun hanya penjualan di wilayah lokal Karangasem dengan harga Rp 30.000 per kilogram. “Dulu penjualannya hanya lokal seperti wilayah Kubu banyak yang membeli. Kalau sekarang kami belum tau bagaimana mekansime penjualannya,” jelasnya.

 

Kelompok Tani Merta Sari Bulakan sendiri berjumlah 20 orang. Mendapatkan lahan 5 hektare. Dari lahan 5 hektare tersebut dibagi 20 orang untuk mendapatkan lahan garapan tanaman budidaya kapas ini.

Tanaman kapas yang ditanam pada Desember 2021 lalu kini mulai terlihat. Namun, hasilnya tak sesuai harapan. Seperti apa?

 

ZULFIKA RAHMAN, Karangasem

 

HEKTARAN tanaman kapas menghijau di atas lahan. Sejumlah petani pun memperlihatkan tanaman kapas yang sudah berbuah. Hanya saja buahnya masih belum maksimal.

 

Hal itu diungkapkan I Gede Putra – ketua kelompok tani Merta Sari Bulakan di Dusun Tegalanglangan, Kecamatan Abang.

 

Gede Putra mengatakan, hasil tanaman kapas kurang bagus. Faktor penyebab tanaman kapas tak bisa berbuah secara maksimal akibat cuaca hujan deras yang terjadi sepekan terakhir. “Hujan deras membuat buahnya tidak berkembang secara optmal,” ujar Gede Putra Kamis (24/3).

 

Agar tidak memperburuk kualitas, para petani terpaksa harus memanen lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Panen kapas sudah dilakukan para petani sejak tanggal 7 Maret lalu. Buah kapas yang dipanen itu merupakan buah bagian bawah saja. Artinya buah kapas yang masih berada di bagian bawah tanaman, kondisinya belum optimal.

 

“Karena hujan deras belakangan ini, terpaksa kami panen. Meskipun hasilnya tidak sempurna ya kami upayakan panen dari pada rusak total,” kata Putra.

 

 

 

Lebih lanjut Putra menuturkan, tahapan panen yang dilakukan sebenarnya baru satu persen. “Ini baru tahap awal. Baru 1 persen. Meski buah belum sempurna, tapi masih bisa dimanfaatkan,” imbuhnya.

 

Lebih lanjut I Gede Putra mengatakan untuk saat ini hasil panen buah kapas ditampung di masing-masing rumah petani. Penyimpanan buah kapas pun tidak bisa sembarangan. Harus disimpan dengan posisi tidak menyentuh tanah. “Kalau langsung menyentuh tanah pasti akan rusak. Kalau cuaca panas kami jemur agar hasilnya bisa lebih bagus,” ucapnya.

 

Untuk saat ini, para petani bingung untuk memasarkan produk kapas Pihaknya masih menunggu mekanisme pemasaran kapas dari Pemkab Karangasem. “Kami masih tunggu tindakan dari pemerintah untuk pemasaran kapas ini. Entah bagaimana mekansimenya saya sudah berusaha koordinasi dengan pihak terkait. Katanya masih dirapatkan,” tuturnya.

 

Disinggung mengenai harga kapas di pasaran, Putra mengaku sebelumnya pada tahun 2008 silam pihaknya pernah melakukan budidaya kapas. Bahkan proses penjualannya normal meskipun hanya penjualan di wilayah lokal Karangasem dengan harga Rp 30.000 per kilogram. “Dulu penjualannya hanya lokal seperti wilayah Kubu banyak yang membeli. Kalau sekarang kami belum tau bagaimana mekansime penjualannya,” jelasnya.

 

Kelompok Tani Merta Sari Bulakan sendiri berjumlah 20 orang. Mendapatkan lahan 5 hektare. Dari lahan 5 hektare tersebut dibagi 20 orang untuk mendapatkan lahan garapan tanaman budidaya kapas ini.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/