29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:09 AM WIB

Konyol, Menjelang Bali United Juara Banyak Pejabat yang Mendekat

Bali United (BU) mengukir sejarah sebagai klub pertama yang berhasil juara beruntun (back to back) di era Liga 1. Kecintaan masyarakat Bali terhadap BU pun semakin tebal. Namun, fanatisme suporter itu rentan ditunggangi kepentingan politik. Berikut petikan wawancara wartawan Jawa Pos Radar Bali  dengan Koordinator Semesta: Semeton Dewata Tabanan, I Gusti Bagus Arya Anggara Paramarta.

 

Maulana Sandijaya/ Hari Puspita, Denpasar

 

Sejauh ini, menurut pandangan Anda, rasa kecintaan masyarakat Bali terhadap klub?

 

Kalau menurut saya kecintaan masyarakat Bali terhadap BU sudah sangat kuat. Ini karena Bali United satu-satunya tim di Bali yang membawa nama Bali. Dulu ada Perseden, Persegi, Perst yang membawa nama kabupaten/kota setempat. Tapi, ini Bali united membawa nama Pulau Bali. Dulu awal berdiri stadion masih sepi, seiring berjalannya waktu sekarang setiap pertandingan sudah penuh.

Apalagi manajemen Bali United cukup baik dan sangat terbuka. Setiap ada permasalahan kami diundang diajak berembuk Beberapa tahun lalu kami sempat kecewa dengan permainan BU. Bahkan, owner BU sendiri (Pieter Tanuri) tanya kepada kami, siapa pemain yang cocok untuk dibeli. Kami waktu itu minta Irfan Bachdim, dan dituruti. Jadi, cinta kami terhadap klub semakin bertambah karena ada sinkronisasi antara suporter dengan klub.

 

Klub sepak bola di Indonesia, bahkan di sejumlah penjuru dunia, sudah menjelma menjadi bagian dari identitas kota atau daerah. Apakah menurut Anda Bali United juga sudah menjadi kebanggaan dan identitas? 

 

Owner BU pernah bicara, nama Bali-lah yang membawa BU terkenal. Tapi, sekarang dengan prestasi bagus, nama BU menunjang nama Bali. Saya rasa saling bersinergi. Apalagi BU sudah profesional dengan adanya training ground dan sudah melantai di pasar saham. BU jelas dan pasti menjadi kebanggan masyarakat Bali. bukan masalah menang dan kalah, tapi militansi serta keterbukaan manajemen.

Sumbangsih terhadap masyarakat juga tinggi. Misalnya ada sumbangan untuk SSB, yayasan, dan lainnya. BU juga menjadi contoh klub sepak bola di Indonesia yang go public. Juara ini (back to back) adalah bonus. Kami membuat sejarah, jangan menjadi klub yang prasejarah. 

 

Apakah popularitas Bali United rentan untuk dipakai kepentingan politis atau tidak?

 

Kalau kita lihat berita terbaru, memang rentan (dimanfaatkan politisi). Ketika BU menjelang juara mendadak muncul para pejabat yang mendekat. Menurut kami hal itu konyol sekali. Menurut saya, sepak bola itu independen, tidak boleh ditunggangi kepentingan  politik. Saya melihat popularitas BU sangat rentan dimanfaatkan. BU klub profesional yang tidak lagi bergantung pada APBD Jadi harus independen. Banyak klub yang ditunggangi kepentingan politik akhirnya prestasinya anjlok. 

 

Dalam pandangan Anda, sepak bola apakah selalu efektif untuk menjadi sarana konsolidasi massa?

 

Kalau dulu iya. Tetapi massa sepak bola sekarang menurut saya tidak bisa dimanfaatkan untuk konsolidasi massa politik. Apalagi dikaitkan Bali United. Sekarang ini eranya sudah berbeda. Pola pikir suporter juga sudah berbeda. 

 

Bagaimana dengan kondisi daerah-daerah yang mengamuk suporternya karena klubnya kalah dan bahkan ada yang terdegradasi? Bagaimana menurut Anda?

 

Suporter kecewa itu wajar, karena begitu besar rasa cintanya terhadap klub. Tapi, jangan sampai anarkis. Sampaikan dengan cara yang elegan, misalnya dengan cara mengirimkan karangan bunga.

Kami juga pernah kecewa, saat kami merasa klub ini sedang tidak baik-baik saja, kami juga protes, tapi dengan cara tidak anarkis. Itu bisa merugikan diri sendiri karena akan memunculkan image negatif.

Apalagi sekarang banyak anak dan perempuan yang nonton ke stadion. Mari ciptakan suasana yang humanis, sehingga bisa membuat nyaman.

 

Apakah suporter Indonesia dan Bali khususnya sudah dewasa dalam bersikap saat kalah dan menang?

 

Saya tidak bisa mengomentari suporter klub lain. Yang saya lihat di Bali, suporter sudah cukup dewasa. Tidak pernah ada keributan apalagi ricuh yang mengarah anarkistis. Kami sekarang lebih banyak bersaing dengan cara adu kreativitas. Misalnya dengan chants atau koreografi. Sekarang persaingannya lebih ke gaya mendukung di stadion. Kedewasaan suporter juga bisa dilihat membeli tiket dan gaya berpakaian. Sekarang sudah jarang yang pakai sandal jepit, semua sudah bersepatu.

 

Adakah manfaat lain yang didapat masyarakat dari kehadiran BU?

 

Sebelum pandemi, pertandingan kandang BU menjadi sport tourism. Banyak teman saya yang tour guide menjual pertandingan BU sebagai salah satu atraksi pariwisata.

 

Sejauh ini peran pemerintah daerah untuk perkembangan daerah apakah sudah bagus?

 

Peran pemerintah lebih baik menyediakan fasilitas dan infrastruktur. Salah satunya menyediakan stadion yang layak. Pemerintah harus lebih memperhatikan fasilitas olahraga dan pembinaan usia dini.

Semakin banyak pemain muda asal Bali yang berprestasi akan mengharumkan nama daerah, bahkan nama bangsa dan negara.  (Habis)

 

 

 

 

Bali United (BU) mengukir sejarah sebagai klub pertama yang berhasil juara beruntun (back to back) di era Liga 1. Kecintaan masyarakat Bali terhadap BU pun semakin tebal. Namun, fanatisme suporter itu rentan ditunggangi kepentingan politik. Berikut petikan wawancara wartawan Jawa Pos Radar Bali  dengan Koordinator Semesta: Semeton Dewata Tabanan, I Gusti Bagus Arya Anggara Paramarta.

 

Maulana Sandijaya/ Hari Puspita, Denpasar

 

Sejauh ini, menurut pandangan Anda, rasa kecintaan masyarakat Bali terhadap klub?

 

Kalau menurut saya kecintaan masyarakat Bali terhadap BU sudah sangat kuat. Ini karena Bali United satu-satunya tim di Bali yang membawa nama Bali. Dulu ada Perseden, Persegi, Perst yang membawa nama kabupaten/kota setempat. Tapi, ini Bali united membawa nama Pulau Bali. Dulu awal berdiri stadion masih sepi, seiring berjalannya waktu sekarang setiap pertandingan sudah penuh.

Apalagi manajemen Bali United cukup baik dan sangat terbuka. Setiap ada permasalahan kami diundang diajak berembuk Beberapa tahun lalu kami sempat kecewa dengan permainan BU. Bahkan, owner BU sendiri (Pieter Tanuri) tanya kepada kami, siapa pemain yang cocok untuk dibeli. Kami waktu itu minta Irfan Bachdim, dan dituruti. Jadi, cinta kami terhadap klub semakin bertambah karena ada sinkronisasi antara suporter dengan klub.

 

Klub sepak bola di Indonesia, bahkan di sejumlah penjuru dunia, sudah menjelma menjadi bagian dari identitas kota atau daerah. Apakah menurut Anda Bali United juga sudah menjadi kebanggaan dan identitas? 

 

Owner BU pernah bicara, nama Bali-lah yang membawa BU terkenal. Tapi, sekarang dengan prestasi bagus, nama BU menunjang nama Bali. Saya rasa saling bersinergi. Apalagi BU sudah profesional dengan adanya training ground dan sudah melantai di pasar saham. BU jelas dan pasti menjadi kebanggan masyarakat Bali. bukan masalah menang dan kalah, tapi militansi serta keterbukaan manajemen.

Sumbangsih terhadap masyarakat juga tinggi. Misalnya ada sumbangan untuk SSB, yayasan, dan lainnya. BU juga menjadi contoh klub sepak bola di Indonesia yang go public. Juara ini (back to back) adalah bonus. Kami membuat sejarah, jangan menjadi klub yang prasejarah. 

 

Apakah popularitas Bali United rentan untuk dipakai kepentingan politis atau tidak?

 

Kalau kita lihat berita terbaru, memang rentan (dimanfaatkan politisi). Ketika BU menjelang juara mendadak muncul para pejabat yang mendekat. Menurut kami hal itu konyol sekali. Menurut saya, sepak bola itu independen, tidak boleh ditunggangi kepentingan  politik. Saya melihat popularitas BU sangat rentan dimanfaatkan. BU klub profesional yang tidak lagi bergantung pada APBD Jadi harus independen. Banyak klub yang ditunggangi kepentingan politik akhirnya prestasinya anjlok. 

 

Dalam pandangan Anda, sepak bola apakah selalu efektif untuk menjadi sarana konsolidasi massa?

 

Kalau dulu iya. Tetapi massa sepak bola sekarang menurut saya tidak bisa dimanfaatkan untuk konsolidasi massa politik. Apalagi dikaitkan Bali United. Sekarang ini eranya sudah berbeda. Pola pikir suporter juga sudah berbeda. 

 

Bagaimana dengan kondisi daerah-daerah yang mengamuk suporternya karena klubnya kalah dan bahkan ada yang terdegradasi? Bagaimana menurut Anda?

 

Suporter kecewa itu wajar, karena begitu besar rasa cintanya terhadap klub. Tapi, jangan sampai anarkis. Sampaikan dengan cara yang elegan, misalnya dengan cara mengirimkan karangan bunga.

Kami juga pernah kecewa, saat kami merasa klub ini sedang tidak baik-baik saja, kami juga protes, tapi dengan cara tidak anarkis. Itu bisa merugikan diri sendiri karena akan memunculkan image negatif.

Apalagi sekarang banyak anak dan perempuan yang nonton ke stadion. Mari ciptakan suasana yang humanis, sehingga bisa membuat nyaman.

 

Apakah suporter Indonesia dan Bali khususnya sudah dewasa dalam bersikap saat kalah dan menang?

 

Saya tidak bisa mengomentari suporter klub lain. Yang saya lihat di Bali, suporter sudah cukup dewasa. Tidak pernah ada keributan apalagi ricuh yang mengarah anarkistis. Kami sekarang lebih banyak bersaing dengan cara adu kreativitas. Misalnya dengan chants atau koreografi. Sekarang persaingannya lebih ke gaya mendukung di stadion. Kedewasaan suporter juga bisa dilihat membeli tiket dan gaya berpakaian. Sekarang sudah jarang yang pakai sandal jepit, semua sudah bersepatu.

 

Adakah manfaat lain yang didapat masyarakat dari kehadiran BU?

 

Sebelum pandemi, pertandingan kandang BU menjadi sport tourism. Banyak teman saya yang tour guide menjual pertandingan BU sebagai salah satu atraksi pariwisata.

 

Sejauh ini peran pemerintah daerah untuk perkembangan daerah apakah sudah bagus?

 

Peran pemerintah lebih baik menyediakan fasilitas dan infrastruktur. Salah satunya menyediakan stadion yang layak. Pemerintah harus lebih memperhatikan fasilitas olahraga dan pembinaan usia dini.

Semakin banyak pemain muda asal Bali yang berprestasi akan mengharumkan nama daerah, bahkan nama bangsa dan negara.  (Habis)

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/