DENPASAR- Pihak keluarga siswi SMA korban kekerasan anggota Satgas Himpunan Keluarga Matawai Amahu Sumba Timur (Hikmast) yang diwakili Alex T. Ngunju Ama dan Frits Atabuy menyampaikan apresiasi yang sebesarnya kepada semua pengurus Hikmast Bali yang dipimpin Ketua Hikmast Bali Loni Rihi didampingi Frederik Billy sebagai Penasehat Hikmast.
Orang tua korban Frengky Mahabar, iklash memaafkan kedua pelaku yang diwakili oleh istri pelaku dan saudara pelaku. Namun, terkait proses hukum yang sedang berjalan di Polresta Denpasar dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada Negara untuk memberikan hukuman yang setimpal terhadap kedua pelaku.
Frengky Mahabar menerangkan dalam prosesi perdamaian yang dilaksanakan menurut adat istiadat dan budaya Sumba Timur, yakni ditandai dengan acara tikam babi sebagai simbol persaudaraan kekal di tanah rantau. Dia berharap agar jangan ada lagi Rambu Egy yang lain di kemudian hari akibat arogansi Satgas.
Ditempat terpisah, Frits Atabuy menegaskan bahwa meskipun aksi kekerasan terhadap cucunya yang masih di bawah umur tersebut terjadi di hadapan Ketua Flobamora Bali dan Bupati Sumba Timur dan juga dilakukan oleh Satgas Hikmast yang merupakan peguyuban di bawah naungan Flobamora Bali. Namun, prosesi perdamaian yang dilaksanakan dengan penuh hikmat menurut tradisi dan balutan budaya Sumba Timur yang berlangsung di kediaman korban di kawasan Panjer, pada Senin, 11 April kemarin tidak ada campur tangan Flobamora Bali, melainkan karena adanya kesadaran dari Pengurus Hikmast yang digawangi oleh Loni Rihi.
Frits Atabuy pun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, terkususnya untuk tim penasehat hukum korban yang dimotori Yulius Benyamin Seran, Jonny Riwoe, Laurensius Brindisi Deru, Naldi Seran, Hilarius Mali dan I Putu Mahendra.
“ Kami berterimah kasih kepada semua pihak yang sudah membantu dalam perdamaian ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Pengurus Hikmast yang telah menyampaikan permohonan maafnya kepada Bupati Sumba Timur, Drs. Kristophel Apraing, Msi oleh karena korban merupakan cucu dari Bupati dan kekerasan terjadi justru pada saat Bupati Sumba Timur sedang menyampaikan sambutannya dalam acara penutupan turnamen Futsal di lapangan futsal My Stadium, Jalan Teuku Umar Barat, Denpasar, Minggu 6 Maret 2022 lalu,” pungkasnya.