SINGARAJA – Para petani mangga di Buleleng diminta belajar ke Desa Tembok. Mereka dianjurkan belajar ke sana, untuk mengetahui proses penyelamatan dan pemeliharaan mangga. Sehingga tanaman mangga dapat kembali produktif.
Saat ini kondisi tanaman mangga di Buleleng kian memprihatinkan. Banyak tanaman yang meranggas bahkan nyaris mati. Penyebabnya, pohon-pohon itu dieksploitasi dengan bahan kimia. Pohon didorong terus menghasilkan buah. Tak ada perawatan secara khusus, sehingga pohon lama kelamaan meranggas mati.
Nah, Desa Tembok sejak tahun 2019 mulai menggagas program pemuliaan terhadap pohon mangga. Pohon-pohon yang dieksploitasi, perlahan dirawat kembali. Petani setempat diwajibkan menggunakan pupuk organik. Hasil panen akan dibeli BUMDes. Upaya itu dinilai efektif mencegah potensi kerusakan pada pohon.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, I Made Sumiarta mengaku kondisi pohon mangga kini dalam kondisi kritis. Cukup banyak pohon yang meranggas mati karena terlalu lama dieksploitasi. Pohon terlalu banyak mendapat zat kimia. Baik itu pupuk maupun pestisida.
Hal itu dipicu sistem kontrak pohon. “Kalau pohonnya dikontrakkan, kewajiban merawat itu ada di pengontrak. Nanti dia punya hak melakukan panen. Masalahnya pengontrak ini sering mengeksploitasi dengan zat kimia,” kata Sumiarta.
Ia pun menganjurkan agar pemilik pohon menghentikan sistem kontrak sementara waktu. Sehingga pohon memiliki waktu melakukan masa pemulihan. Upaya itu dilakukan untuk mencegah punahnya pohon mangga.
“Kami lihat di Desa Tembok sistemnya berhasil. Kami mendorong agar desa-desa lain mengadopsi sistem itu. Dampak positifnya bukan hanya dirasakan petani, tapi juga dirasakan oleh desa itu sendiri. Karena pendapatan asli desa bisa meningkat, imbuhnya.
Untuk diketahui, berdasarkan hasil pendataan Dinas Pertanian Buleleng, kini populasi pohon mangga mencapai 680.876 batang pohon. Sementara jumlah produksi mencapai 31.443 ton. Pasar terbesar komoditas mangga dari Buleleng, adalah pemasok di Pulau Jawa. (eps)