25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:51 AM WIB

Bangun Pura dengan Batu Hitam Demi Trend, Ini Permintaan Disbud…

RadarBali.com – Hampir semua perbaikan Pura di Bali mengikuti trend belaka. Kadang masyarakat acap kali lupa dengan nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan pura.

Dinas Kebudayaan Badung pun mengimbau masyarakat dalam perbaikan pura jangan sampai merusak nilai sejarah demi mengejar trend.

Apalagi pura yang menjadi peninggalan purbakala tentu hal ini mesti tetap dijaga nilai sejarah yang terkandung dalam pura tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Ida Bagus Anom Bhasma  mengakui, tren belakangan ini banyak masyarakat yang membangun atau memperbaiki bangunan pura dengan batu hitam.

“Sekarang banyak pura yang diganti dengan batu hitam. Keunikannya menjadi hilang,” ungkap Anom Bhasma.

Kata dia, bukan tidak boleh memperbaiki Pura tetapi sebisanya. Misalnya  kalau pura tersebut mengarah ke peninggalan sejarah, atau bahkan memang betul-betul peninggalan sejarah, dalam perbaikan nya  dikonsultasikan terlebih dahulu.

“Kami sudah memiliki tenaga ahli dari Balai Arkeologi, Balai Pelestarian Cagar Budaya, dan sebagainya. Agar dikonsultasikan terlebih dahulu. Jangan sampai baru diberi bantuan oleh Bapak Bupati, semuanya dibongkar,” tegas pejabat asal Desa Taman, Kecamatan Abiansemal tersebut.

Menurutnya, pembongkaran dan penggantian dengan material yang berbeda itu bisa merugikan kalau Pura tersebut benar-benar menjadi peninggalan sejarah.

Karena peninggalan sejarah yang ada di dalamnya atau di struktur bangunan tidak bisa dikembalikan seperti semula.

Bahkan bangunan pura bersejarah itu adalah simbol dan catatan sejarah peradaban pada zamannya.

 Sehingga dalam perbaikan pura jangan sampai merusak nilai sejarah apalagi mengganti bangunan nya. “Ada peninggalan-peninggalan sejarah yang tidak bisa dikembalikan dan itu mesti tetap dijaga, ” terangnya.

Imbuhnya, kalau pura yang berkaitan dengan peninggalan sejarah, apabila mengalami kerusakan cukup diperbaiki sebagaimana aslinya atau bisa dengan merestorasi kembali tetapi tidak menghilangkan nilai sejarah dalam bangunan pura tersebut. 

Misalnya Pura  Taman Ayun perbaikan nya kalau nanti dibangun tetap seperti sediakala. Begitu juga di Blahkiuh juga ada perbaikan pura, pihaknya  meminta difoto dulu, nanti dipasang kembali seperti aslinya.

“Di Pura Sada juga dulu kan pernah jebol saat gempa, kemudian kami bersama Balai Arkeologi turun dan bisa diperbaiki sebagaimana aslinya,” pungkasnya. 

RadarBali.com – Hampir semua perbaikan Pura di Bali mengikuti trend belaka. Kadang masyarakat acap kali lupa dengan nilai sejarah yang terkandung dalam bangunan pura.

Dinas Kebudayaan Badung pun mengimbau masyarakat dalam perbaikan pura jangan sampai merusak nilai sejarah demi mengejar trend.

Apalagi pura yang menjadi peninggalan purbakala tentu hal ini mesti tetap dijaga nilai sejarah yang terkandung dalam pura tersebut.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Ida Bagus Anom Bhasma  mengakui, tren belakangan ini banyak masyarakat yang membangun atau memperbaiki bangunan pura dengan batu hitam.

“Sekarang banyak pura yang diganti dengan batu hitam. Keunikannya menjadi hilang,” ungkap Anom Bhasma.

Kata dia, bukan tidak boleh memperbaiki Pura tetapi sebisanya. Misalnya  kalau pura tersebut mengarah ke peninggalan sejarah, atau bahkan memang betul-betul peninggalan sejarah, dalam perbaikan nya  dikonsultasikan terlebih dahulu.

“Kami sudah memiliki tenaga ahli dari Balai Arkeologi, Balai Pelestarian Cagar Budaya, dan sebagainya. Agar dikonsultasikan terlebih dahulu. Jangan sampai baru diberi bantuan oleh Bapak Bupati, semuanya dibongkar,” tegas pejabat asal Desa Taman, Kecamatan Abiansemal tersebut.

Menurutnya, pembongkaran dan penggantian dengan material yang berbeda itu bisa merugikan kalau Pura tersebut benar-benar menjadi peninggalan sejarah.

Karena peninggalan sejarah yang ada di dalamnya atau di struktur bangunan tidak bisa dikembalikan seperti semula.

Bahkan bangunan pura bersejarah itu adalah simbol dan catatan sejarah peradaban pada zamannya.

 Sehingga dalam perbaikan pura jangan sampai merusak nilai sejarah apalagi mengganti bangunan nya. “Ada peninggalan-peninggalan sejarah yang tidak bisa dikembalikan dan itu mesti tetap dijaga, ” terangnya.

Imbuhnya, kalau pura yang berkaitan dengan peninggalan sejarah, apabila mengalami kerusakan cukup diperbaiki sebagaimana aslinya atau bisa dengan merestorasi kembali tetapi tidak menghilangkan nilai sejarah dalam bangunan pura tersebut. 

Misalnya Pura  Taman Ayun perbaikan nya kalau nanti dibangun tetap seperti sediakala. Begitu juga di Blahkiuh juga ada perbaikan pura, pihaknya  meminta difoto dulu, nanti dipasang kembali seperti aslinya.

“Di Pura Sada juga dulu kan pernah jebol saat gempa, kemudian kami bersama Balai Arkeologi turun dan bisa diperbaiki sebagaimana aslinya,” pungkasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/