KARANGASEM-Ratusan warga di Lingkungan Ujung Pesisi, Desa Tumbu Kecamatan Karangasem dibuat heboh sejak dua bulan belakangan ini. Warga di sana mengalami gejala sakit yang sama. Diduga terjangkit virus chikungunya.
Sejumlah petugas surveilans dari Puskesmas Karangasem 2 langsung turun melakukan survei ke puluhan warga di Lingkungan Ujung Pesisi, Kamis kemarin (9/6). Mereka mulai menyisir rumah-rumah warga yang sempat atau masih dalam kondisi sakit akibat dugaan virus chikungunya yang melanda warga sejak dua bulan belakangan ini.
Ditemani Klian Dinas Ujung Pesisi, Yatimin, warga ditanya soal gejala yang dialami. “Kami tanya soal gejala, siapa yang kena di keluarga dan menanyakan soal penampungan air itu diperiksa,” kata petugas surveilans, I Made Minggu.
Salah seorang warga Ujung Pesisi, Sahmin, kepada petugas surveilan mengaku dia dan semua penghuni rumahnya juga mengalami kondisi sakit yang sama. Ia, istri dan dua anaknya sakit secara bergantian. Gejalanya, mulai dari demam tinggi, pusing, sakit persendian, hingga tak bisa berjalan sempat dirasakan. “Rentan waktunya tiga sampai lima hari. Terakhir anak saya yang paling kecil. Wajahnya sampai bengkak,” ucapnya kepada petugas.
Kondisi tersebut, kata Sahmin, terjadi secara bergantian dari rumah ke rumah. Rata-rata hampir setiap rumah ada saja salah satu atau bahkan semua anggota keluarga terkena sakit yang diduga virus chikungunya ini. “Itu terus berlanjut dari sebelum Idul Fitri. Saya dan istri sampai tidak nyoblos Pilkel serentak. Sekarang Alhamdulillah sudah kembali sehat,” katanya.
Hal yang sama juga dialami Aida Ramadani, 15, dan adiknya yang masih berusia 8 tahun Rika Safitri. Keduanya masih mengalami kondisi demam dan pusing. Kondisi tersebut dialami sejak 3 hari lalu. “Sudah mendingan sekarang. Cuma masih sedikit nyeri,” kata Aida.
Setelah melakukan pengobatan di dokter praktek, kondisinya mulai membaik. “Tidak seperti awal-awal. Langsung nyeri sekali. Sekarang sudah agak mendingan. Tapi bintik-bintik masih,” sebutnya.
Terkait keluhan warganya ini, Klian Dinas Ujung Pesisi, Yatimin mengatakan, di Lingkungan Ujung Pesisi dihuni oleh 286 kepala keluarga. Sebagian besar warganya merupakan nelayan. Sementara untuk jumlah jiwa di sana mencapai 1.046 jiwa.
Dari jumlah itu, sejak penyakit ini mewabah, setidaknya ada 30 sampai 35 persen yang terjangkit. Rata-rata sakit yang dialami antara 3 sampai 4 hari. “Pokoknya setelah berobat ke dokter praktik sembuh. Selain itu juga diminta mengkonsumsi perasan daun pepaya. Untungnya tidak sampai ada yang opname,” kata Yatimin.
Penelitian epidimologi (PE) yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Karangasem 2 sebannyak 64 orang. Yang saat ini masih dalam kondisi sakit sebanyak 10 orang. “54 orang sisanya sudah sembuh,” tambah Yatimin.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Karangasem 2, dr. Dera Eka Adnyana mengungkapkan, kegiatan yang dilakukan petugas kesehatan untuk mencari tahu keluhan sakit warga Ujung Pesisi yang terjadi secara massal. “Belum pasti apakah disebabkan virus chikungunya atau yang lain. Ini sifatnya masih suspek,” ujarnya.
Tim surveilans juga megetahui apakah ada jentik nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus yang diduga menjadi penyebab virus chikungunya menyerang warga setempat. “Kalau chikungunya ini sifatnya dia sembuh sendiri. Dia berbeda dengan demam berdarah yang harus dipastikan dari uji lab,” terangnya.
Gejela yang ditimbulkan, kata Dera, antara lain demam, nyeri sendiri hingga kelumpuhan sementara yang terjadi dalam kurun waktu paling lama 7 hari. Tapi ini belum bisa dipastikan apakah chikungunya. Apakah penyakit lain yang juga memiliki gejala yang mirip. “Baru dugaan (chikungunya). Memang jaraknya agak berdekatan. Sebagian besar mengalami sakit sampai tujuh hari,” sebutnya.
Setelah pendataan yang dilakukan petugas kesehatan, pihaknya akan mengambil langkah penyemprotan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa. “Kami juga berikan bubuk abate untuk warga untuk bisa membunuh jentik nyamuk,” tandasnya. (zul)