RadarBali.com – Sepasang suami dan istri yang sudah berusia lanjut terlihat duduk di lantai Poli Anastesi RS Sanglah.
Menunggu antrian untuk memeriksakan tumor ganas pada wajah yang diderita oleh dadong Arkati, 63.
Arkati ditemani oleh suaminya Maman, 65. Hampir setengah hari Arkati menunggu panggilan giliran untuk diperiksa pun kunjung datang.
Kata Maman, sang istri mendapat nomor antrian 50. Datang sejak pukul 06.00 pagi. Namun masih belum ada panggilan.
Saat ditemui Rabu (26/7) kemarin Maman mulai menceritakan penyakit tumor ganas yang menggerogoti seluruh wajah istrinya.
Sakit tanpa gejala di mulai sejak awal bulan di tahun 2015 yang menyebabkan lumpuh penglihatan mata sebelah kanan.
Hanya tangan yang mampu bergerak itu pun lemas. Berbicara juga tidak jelas. Hingga harus duduk di kursi roda.
Lumpuh Arkati sebelum adanya tindakan Operasi. Saat dilakukan pemeriksaan di RS Sanglah pertama kali barulah diketahui mengidap penyakit tumor ganas di wajah.
“Karena itu hasil diagnosis dokter,” ucapnya. Istrinya sudah dua kali operasi dilakukan. Namun tak kunjung sembuh.
Kata dokter tumor ganas. Buktinya sudah dilakukan operasim namun tumor masih menggerogoti wajah.
Tumor ganas yang diderita Arkanti tidak bisa di hindari karena tumornya ternyata sudah stadium lanjut dan menyerang saraf sehingga menyebabkan hilangnya mata di bagian sebelah kanan.
Awalnya pada bagian wajah di bawah pelipis mata muncul benjolan kecil. Malah semakin lama semakin membesar.
“Saya tak menyangka jika itu adalah tumor ganas,” ucap pria yang bekerja sebagai kuli bangunan.
Operasi tumor ini menelan biaya hingga 65 juta rupiah.
Pembiayaan tersebut tertolong dengan jaminan kesehatan nasional BPJS kelas III. Saat ini sedangkan berjalan pengobatan dan perawatan rawat jalan.
Rencana tiga bulan lagi akan dilakukan operasi kembali. Dengan operasi plastik wajah dan mata. Tindakan medis masih dilakukan radioterapi.
Hanya yang menjadi kendala adalah biaya hidup sehari-hari dan bolak balik ke rumah sakit. Untuk rawat jalan, pembelian obat seperti Bionect yang harganya mencapai 200 ribu dengan ukuran yang sangat kecil.
“Syukur terbantu dengan BPJS,” ujarnya. “Mungkin ini sudah jalan hidup kami berdua. Terpenting Arkati dapat sembuh. Karena sudah lelah dia menangggung beban penyakit dan hidup ini,” tambahnya.