Pandemi covid-19 memberi dampak besar pada sektor ekonomi. Ribuan orang diperkirakan kehilangan pekerjaan. Kini kondisi ekonomi tengah tertatih-tatih, berusaha pulih kembali. Di tengah kondisi itu, pemerintah berusaha menarik para pencari kerja lewat acara Bursa Kerja. Dengan harapan angka pengangguran bisa ditekan. Seperti apa suasananya?
Eka Prasetya, Buleleng
SEJUMLAH pemuda tampak lalu lalang, keluar masuk Gedung MR. I Gusti Ketut Pudja, di kawasan Pelabuhan Tua Buleleng. Mereka adalah para pencari kerja. Sebagian besar datang dengan mengenakan kemeja dan celana kain. Sembari membawa resume untuk melamar pekerjaan.
Rabu kemarin (29/6) Dinas Tenaga Kerja memang menyiapkan acara Job Fair alias bursa kerja. Acara itu dibuka kembali setelah ditiadakan selama dua tahun terakhir gegara pandemi. Momentum itu diharapkan membuka kembali harapan bagi angkatan kerja, mendapat pekerjaan yang layak.
Ada 20 unit perusahaan skala lokal dan nasional yang ikut dalam bursa kerja tersebut. Diantaranya perusahaan retail, perbankan, perdagangan, pembiayaan, serta pariwisata. Bursa kerja itu akan berlangsung hingga Jumat (1/7) esok.
Salah seorang pencari kerja adalah Dedi Suarnaya. Pemuda asal Desa Kaliasem itu sempat kehilangan pekerjaan gegara pandemi covid-19. Dedi menuturkan dirinya sudah pernah menduduki posisi sebagai supervisor di salah satu perusahaan retail. Namun pandemi covid-19 melanda. Sehingga tingkat penjualan pada outlet tempat ia bertugas terjun bebas.
Perusahaan kemudian memutuskan tidak memperpanjang kontrak kerjanya. Di masa sulit, dia berusaha bekerja serabutan. Termasuk membantu salah seorang kerabatnya yang memiliki usaha perdagangan.“Dulu saya dapat kerja juga lewat job fair di sini. Sekarang saya coba lagi. Apalagi pas pandemi sempat menganggur beberapa bulan. Sekarang mudah-mudahan bisa dapat pekerjaan lagi,” harapnya.
Hal serupa diungkapkan Nata Wijaya. Ia mengaku sempat bekerja sebagai pekerja harian atau daily worker di salah satu hotel. Sebenarnya pada 2020 lalu ia memiliki peluang diangkat sebagai karyawan. Namun pandemi melanda. Sehingga seluruh karyawan dirumahkan. Para pekerja daily worker juga dipulangkan.
Kini dia mencoba kembali peruntungan bekerja di sektor pariwisata. Nata meyakini sektor pariwisata mulai tumbuh dan berpeluang menyerap tenaga kerja yang cukup besar. “Rencananya saya mau kerja dulu di Bali setahun. Sambil menambah pengalaman. Setelah itu, kalau ada peluang dan cocok, baru berangkat ke kapal (pesiar),” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja Buleleng Komang Sumertajaya mengatakan, angka pengangguran terbuka di Buleleng terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2021 lalu, angka pengangguran terbuka diklaim mencapai 20.234 jiwa. Jumlah itu cukup signifikan, karena selama ini tingkat pengangguran terbuka tak pernah lebih dari 20 ribu jiwa.
Menurut Sumertajaya, selain membuka bursa kerja, pihaknya juga membuka peluang agar para pencari kerja meningkatkan kualitas SDM. Saat ini di Buleleng terdapat 52 Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) dan 10 Balai Latihan Kerja (BLK) komunitas yang siap memfasilitasi kemampuan para pencari kerja.
“Mereka bisa meningkatkan skill mereka di LPK atau BLK komunitas. Jadi setelah kemampuan meningkat, tentu daya tawar mereka di hadapan pencari kerja lebih baik. Ketimbang melamar tanpa skill sama sekali. Sehingga kami dorong para pencari kerja agar selalu meningkatkan kemampuan mereka,” ujarnya. (*)