Pada tahun ajaran 2022/2023 ini, SMAN Bali Mandara dan SMKN Bali Mandara membuka Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur reguler. Skema ini berubah, dari sebelumnya hanya menerima siswa miskin. Ternyata tak mudah bagi kedua sekolah itu menerima siswa bagi sekolah reguler.
Eka Prasetya, Buleleng
PROSES PPDB di tingkat SMA dan SMK berakhir sudah. Sesuai dengan pamflet yang diunggah pada laman bali.siap-ppdb.com, proses pendaftaran berakhir pada Kamis kemarin (30/6). Seluruh SMA dan SMK negeri di Provinsi Bali, kini wajib menerima siswa reguler.
Hal itu juga berlaku bagi SMAN Bali Mandara dan SMKN Bali Mandara. Selama ini kedua sekolah itu hanya menerima siswa dari jalur keluarga miskin. Seluruh siswa yang diterima adalah warga miskin yang berasal dari seantero Provinsi Bali.
Rupanya tak mudah bagi kedua sekolah itu menarik siswa dari jalur reguler. Di SMAN Bali Mandara misalnya. Dari kuota 180 orang siswa, hingga kemarin ada 78 orang yang mendaftar di sekolah tersebut. Jumlah itu berasal dari siswa yang datang langsung ke sekolah, maupun yang melakukan pendaftaran secara daring.
Jumlah itu terbilang minim. Padahal jumlah lulusan SMP negeri di Kecamatan Kubutambahan, mencapai 1.004 orang. Sementara daya tampung SMA/SMK di luar Bali Mandara, maksimum sebanyak 700 orang siswa.
Plt. Kepala SMAN Bali Mandara, I Wayan Suarsina mengungkapkan, dari 78 orang siswa yang mendaftar, sebanyak 61 orang diantaranya memantapkan diri melamar di SMAN Bali Mandara. Sedangkan lainnya, selain mendaftar di SMAN Bali Mandara, juga mendaftar di sekolah lain.
Suarsina menduga masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perubahan jalur pendaftaran di sekolah tersebut. Padahal pihaknya sudah berupaya melakukan sosialisasi secara masif. Termasuk melakukan sosialisasi ke SMP-SMP yang ada di wilayah Kecamatan Kubutambahan, Sawan, serta Tejakula.
“Sebenarnya kami menyiapkan 5 kelas untuk menerima siswa. Tapi dengan kondisi pelamar seperti ini, kemungkinan hanya 2 kelas saja. Kami sudah laporkan kondisi ini ke Dinas Pendidikan Provinsi,” kata Suarsina.
Kondisi yang lebih memprihatinkan terjadi di SMKN Bali Mandara. Di sekolah itu, hingga kemarin hanya ada 30 orang saja yang mendaftar. Sebanyak 14 orang melamar pada jurusan Teknik Komputer Jaringan dan Telekomunikasi (TKJK), 14 orang melamar pada jurusan Teknik Otomotif (TO), dan 2 orang lagi mendaftar pada jurusan Desain Pemodalan dan Informasi Bangunan (DPIB).
Jumlah itu sangat minim. Padahal sekolah menyiapkan kuota sebanyak 216 orang siswa. Terdiri dari 72 orang siswa untuk masing-masing jurusan.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKN Bali Mandara, Gede Dedy Andika mengaku hal itu di luar prediksi. Menurutnya pihak sekolah sudah berupaya melakukan sosialisasi. Baik itu melalui media sosial, maupun menjajagi ke sekolah-sekolah. “Mungkin ada orang tua siswa yang mengira sekolah ini masih menggunakan sistem lama (sekolah berasrama). Jadi informasi yang diterima tidak utuh. Padahal sekarang sudah jadi sekolah reguler, sama seperti sekolah lain,” kata Dedy.
Terkait kondisi tersebut, Dedy mengatakan pihak sekolah telah melaporkan kondisi itu pada Dinas Pendidikan Provinsi. “Bapak kepala sekolah sudah melapor ke provinsi. Untuk tindaklanjutnya, kami menunggu kebijakan dan arahan dari provinsi,” demikian Dedy Andika. (eps)