25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:33 AM WIB

Ketika Permainan Layangan Jadi Turnamen Serius di Buleleng

Pemain Beradu Strategi Memutus Layangan Sebanyak Mungkin, Dapat Hadiah Rp 15 Juta

Penggemar layangan di Buleleng tengah berkumpul. Mereka saling adu taktik dan strategi demi menumbangkan layangan lawan. Seperti apa suasananya?

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

Permainan tradisional layangan, dimainkan secara berbeda di Buleleng. Di Bali Selatan, lazimnya layangan identik dengan ukurannya yang besar dan diterbangkan demi keindahannya. Sementara di Buleleng, layangan dimainkan untuk diadu. Berhasil memutuskan benang lawan merupakan kepuasan tiada tara.

 

Jumat lalu (19/8), puluhan penggemar layangan di Buleleng berkumpul di Lapangan Bhuana Patra. Mereka akan adu strategi memutus benang layangan. Para penggemar itu berlomba dalam ajang Raja Langit Battle Sky.

 

Permainan adu layangan di Buleleng dikenal dengan sebutan mekorot. Tiap tahun para penggemar layangan, dari anak-anak hingga dewasa akan menyempatkan diri bermain layangan.

 

Biasanya permainan dilakukan dengan cara sederhana. Mereka bermain di sawah yang kering. Saat ada layangan yang terbang berdekatan, para pemain langsung mengadu benang layangan hingga salah satunya putus. Tak ada rasa emosi saat benang putus, pun tak ada rasa jumawa karena berhasil mengalahkan lawan.

 

Kini permainan itu dilakukan secara formal. Para penggemar berkumpul di sebuah lokasi yang sama. Total ada 64 orang penggemar layangan yang berkumpul di Lapangan Bhuana Patra. Mereka akan adu taktik dan strategi dalam memainkan layangan. Mereka cukup antusias karena ada hadiah dengan nilai total Rp 15 juta.

 

Salah seorang peserta lomba, Putu Kajeng menuturkan, dia berminat mengikuti lomba demi hadiah yang cukup besar. Selain itu dia juga hobi memainkan layangan. Meski terik matahari dan debu beterbangan, semua ia lewati demi memuaskan hobi. “Ini memang hobi saya dari kecil. Biasanya kalau lagi musim mekorot, ya main saja di sawah. Tidak ada hadiahnya. Sekarang ada hadiah, ya jelas lebih semangat,” kata pria yang berasal dari Kelurahan Paket Agung itu.

 

Sementara itu, Ketua Panitia Raja Langit Battle Sky, Agus Sastrawan mengatakan, secara teknis lomba itu sangat sederhana. Para pemain akan diadu satu lawan satu. Pemain yang layangannya putus, akan dieleminasi. Sementara yang berhasil, lolos ke babak berikutnya.

 

Untuk meningkatkan tantangan, benang disediakan panitia. “Jadi benang gelasan, kami sediakan. Sehingga peserta benar-benar menang karena keahlian mereka mekorot. Bukan karena masalah teknis seperti kualitas benang yang lebih baik dan yang tidak baik,” jelasnya. (*) 

 

Penggemar layangan di Buleleng tengah berkumpul. Mereka saling adu taktik dan strategi demi menumbangkan layangan lawan. Seperti apa suasananya?

 

Eka Prasetya, Buleleng

 

Permainan tradisional layangan, dimainkan secara berbeda di Buleleng. Di Bali Selatan, lazimnya layangan identik dengan ukurannya yang besar dan diterbangkan demi keindahannya. Sementara di Buleleng, layangan dimainkan untuk diadu. Berhasil memutuskan benang lawan merupakan kepuasan tiada tara.

 

Jumat lalu (19/8), puluhan penggemar layangan di Buleleng berkumpul di Lapangan Bhuana Patra. Mereka akan adu strategi memutus benang layangan. Para penggemar itu berlomba dalam ajang Raja Langit Battle Sky.

 

Permainan adu layangan di Buleleng dikenal dengan sebutan mekorot. Tiap tahun para penggemar layangan, dari anak-anak hingga dewasa akan menyempatkan diri bermain layangan.

 

Biasanya permainan dilakukan dengan cara sederhana. Mereka bermain di sawah yang kering. Saat ada layangan yang terbang berdekatan, para pemain langsung mengadu benang layangan hingga salah satunya putus. Tak ada rasa emosi saat benang putus, pun tak ada rasa jumawa karena berhasil mengalahkan lawan.

 

Kini permainan itu dilakukan secara formal. Para penggemar berkumpul di sebuah lokasi yang sama. Total ada 64 orang penggemar layangan yang berkumpul di Lapangan Bhuana Patra. Mereka akan adu taktik dan strategi dalam memainkan layangan. Mereka cukup antusias karena ada hadiah dengan nilai total Rp 15 juta.

 

Salah seorang peserta lomba, Putu Kajeng menuturkan, dia berminat mengikuti lomba demi hadiah yang cukup besar. Selain itu dia juga hobi memainkan layangan. Meski terik matahari dan debu beterbangan, semua ia lewati demi memuaskan hobi. “Ini memang hobi saya dari kecil. Biasanya kalau lagi musim mekorot, ya main saja di sawah. Tidak ada hadiahnya. Sekarang ada hadiah, ya jelas lebih semangat,” kata pria yang berasal dari Kelurahan Paket Agung itu.

 

Sementara itu, Ketua Panitia Raja Langit Battle Sky, Agus Sastrawan mengatakan, secara teknis lomba itu sangat sederhana. Para pemain akan diadu satu lawan satu. Pemain yang layangannya putus, akan dieleminasi. Sementara yang berhasil, lolos ke babak berikutnya.

 

Untuk meningkatkan tantangan, benang disediakan panitia. “Jadi benang gelasan, kami sediakan. Sehingga peserta benar-benar menang karena keahlian mereka mekorot. Bukan karena masalah teknis seperti kualitas benang yang lebih baik dan yang tidak baik,” jelasnya. (*) 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/