27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 0:59 AM WIB

Peternak Ayam Sebut Harga Telur Melambung karena Dampak Perang Rusia-Ukraina

TABANAN – Kenaikan harga telur ayam ras per butir yang mencapai Rp 2 ribu di pasaran tak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Pun kenaikan harga pakan ternak ayam saat ini. Selain itu menurunnya jumlah populasi ayam petelur di tingkat peternak.

 

Kondisi demikian disampaikan oleh Koordinator Lapangan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Cabang Tabanan, Nyoman Darma Susila, Rabu kemarin (24/8).

 

Darma Susila menjelaskan, sebagai pelaku peternak ayam petelur dengan harga telur yang mengalami kenaikan sekarang ini sejatinya mulai menyesuaikan dengan harga pakan dan biaya produksi. Sebelumnya harga pakan lebih duluan mengalami kenaikan sejak pandemi Covid-19, sementara harga telur tetap. Dia mengatakan kenaikan harga telur dipengaruhi banyak faktor.

 

Harga pakan ayam yang normal seperti konsentrat Rp 350 ribu per 50 kilogram. Sekarang harga naik mencapai Rp 500 ribu. Bahkan untuk pakan jagung juga naik dari Rp 3.500 per kilogram, kini kisaran Rp 4.500- Rp 5.000 per kilogram. Dan dedak Rp 3.500 per kilogram.”Inilah sebenarnya yang membuat harga telur ayam naik menyesuaikan dengan harga pakan,” kata Darma Susila.

 

Darma Susila melanjutkan harga telur ayam yang naik ini juga akibat dari berkurangnya populasi ayam petelur di seluruh Indonesia. Mengapa berkurang, ini disebabkan oleh harga pakan yang tinggi saat pandemi Covid-19. Banyak peternak yang mulai gulung tikar karena tidak mampu bertahan.

 

Sehingga mau tidak mau untuk para peternak ayam petelur khusus di Tabanan harus memangkas biaya pakan. Dengan cara menjual ayam petelur untuk mengurangi biaya produksi pakan.

 

Mengurangi jumlah ayam petelur ini secara otomatis membuat populasi ayam berkurang di Tabanan. Bahkan pengurangan populasi ayam mencapai 60 persen di Tabanan dari jumlah populasi normal sekitar 3 juta ayam petelur. “Jika dihitung saat ini rata-rata peternak ayam petelur yang masih bertahan diangka 40 persen. Misalnya yang punya ayam 10 ribu ekor paling tersisa 4.400 ekor, begitulah kondisi di peternak saat ini,” jelasnya.

 

Maka tidak heran turunnya populasi ayam membuat jumlah produksi telur juga turun. Jumlah ayam petelur saat ini hanya mampu memproduksi telur ayam setiap harinya mencapai 840.000 butir, sementara serapan dari telur ayam tinggi. “Telur ayam Tabanan sendiri serapan bukan di Bali saja melainkan pula ke daerah Jawa Timur. Memang ada sentra ayam petelur di Bali daerah Bangli dan Karangasem, namun mereka suplainya ke NTB dan NTT, bahkan itu masih kurang,” terangnya.

 

Yang menarik lagi soal harga pakan naik ini, karena ada dampak dari perang Rusia-Ukraina, mengingat pakan ternak ayam di Indonesia sebagain besar impor. Jagung misalnya impor dari negara Ukraina, karena perang sehingga jalur distribusi barang terganggu. Bukan hanya pakan saja, namun barang lainnya. “Jadi banyak faktor yang membuat harga telur ayam ini naik sekarang,” kata Darma Susila.

 

Dia menambahkan meski harga telur ayam naik tidak serta peternak mengalami untung berkali-kali lipat. Ini karena harga pakan ayam masih tinggi. Kemudian juga untuk menutupi biaya operasional. “Jadi harga telur ayam naik, minimal biaya operasional kami tertanggulangi agar mampu bertahan. Dan untuk harga telur ayam saat ini di kandang atau ditingkat peternak harganya  per krat berjumlah 30 biji mencapai Rp Rp 49.000,”tukasnya. (uli)

TABANAN – Kenaikan harga telur ayam ras per butir yang mencapai Rp 2 ribu di pasaran tak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Pun kenaikan harga pakan ternak ayam saat ini. Selain itu menurunnya jumlah populasi ayam petelur di tingkat peternak.

 

Kondisi demikian disampaikan oleh Koordinator Lapangan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Cabang Tabanan, Nyoman Darma Susila, Rabu kemarin (24/8).

 

Darma Susila menjelaskan, sebagai pelaku peternak ayam petelur dengan harga telur yang mengalami kenaikan sekarang ini sejatinya mulai menyesuaikan dengan harga pakan dan biaya produksi. Sebelumnya harga pakan lebih duluan mengalami kenaikan sejak pandemi Covid-19, sementara harga telur tetap. Dia mengatakan kenaikan harga telur dipengaruhi banyak faktor.

 

Harga pakan ayam yang normal seperti konsentrat Rp 350 ribu per 50 kilogram. Sekarang harga naik mencapai Rp 500 ribu. Bahkan untuk pakan jagung juga naik dari Rp 3.500 per kilogram, kini kisaran Rp 4.500- Rp 5.000 per kilogram. Dan dedak Rp 3.500 per kilogram.”Inilah sebenarnya yang membuat harga telur ayam naik menyesuaikan dengan harga pakan,” kata Darma Susila.

 

Darma Susila melanjutkan harga telur ayam yang naik ini juga akibat dari berkurangnya populasi ayam petelur di seluruh Indonesia. Mengapa berkurang, ini disebabkan oleh harga pakan yang tinggi saat pandemi Covid-19. Banyak peternak yang mulai gulung tikar karena tidak mampu bertahan.

 

Sehingga mau tidak mau untuk para peternak ayam petelur khusus di Tabanan harus memangkas biaya pakan. Dengan cara menjual ayam petelur untuk mengurangi biaya produksi pakan.

 

Mengurangi jumlah ayam petelur ini secara otomatis membuat populasi ayam berkurang di Tabanan. Bahkan pengurangan populasi ayam mencapai 60 persen di Tabanan dari jumlah populasi normal sekitar 3 juta ayam petelur. “Jika dihitung saat ini rata-rata peternak ayam petelur yang masih bertahan diangka 40 persen. Misalnya yang punya ayam 10 ribu ekor paling tersisa 4.400 ekor, begitulah kondisi di peternak saat ini,” jelasnya.

 

Maka tidak heran turunnya populasi ayam membuat jumlah produksi telur juga turun. Jumlah ayam petelur saat ini hanya mampu memproduksi telur ayam setiap harinya mencapai 840.000 butir, sementara serapan dari telur ayam tinggi. “Telur ayam Tabanan sendiri serapan bukan di Bali saja melainkan pula ke daerah Jawa Timur. Memang ada sentra ayam petelur di Bali daerah Bangli dan Karangasem, namun mereka suplainya ke NTB dan NTT, bahkan itu masih kurang,” terangnya.

 

Yang menarik lagi soal harga pakan naik ini, karena ada dampak dari perang Rusia-Ukraina, mengingat pakan ternak ayam di Indonesia sebagain besar impor. Jagung misalnya impor dari negara Ukraina, karena perang sehingga jalur distribusi barang terganggu. Bukan hanya pakan saja, namun barang lainnya. “Jadi banyak faktor yang membuat harga telur ayam ini naik sekarang,” kata Darma Susila.

 

Dia menambahkan meski harga telur ayam naik tidak serta peternak mengalami untung berkali-kali lipat. Ini karena harga pakan ayam masih tinggi. Kemudian juga untuk menutupi biaya operasional. “Jadi harga telur ayam naik, minimal biaya operasional kami tertanggulangi agar mampu bertahan. Dan untuk harga telur ayam saat ini di kandang atau ditingkat peternak harganya  per krat berjumlah 30 biji mencapai Rp Rp 49.000,”tukasnya. (uli)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/