BADUNG, Radar Bali – Pembelajaran synchronous dan asynchronous menjadi sangat familiar sejak mewabahnya pandemi Covid-19. Hal ini karena pembelajaran dapat dilakukan dari rumah untuk mengurangi risiko penularan virus corona.
Sejauh ini patut diakui berbagai platform dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelenggarakan pembelajaran secara asynchronous. Baik itu melalui WhatsApp Group, Email Group, dan LMS (Learning Management System). Sementara itu secara synchronous bisa melalui Zoom, Webex, dan Meet Google.
Untuk pembelajaran asynchronous cenderung dapat digunakan dalam mengukur hasil belajar pada ranah kognitif dan psikomotorik, sedangkan pembelajaran synchronous dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah afektif.
Kendatipun pembelajaran dilakukan dari rumah selama pandemi Covid-19, akan tetapi pelaksanaan kebijakan merdeka belajar yang telah bergulir tidaklah surut.
Bahkan kenyataannya pemerintah tetap mendorong pihak sekolah untuk dapat mewujudkan siswa yang berprestasi, unggul dan berdaya saing tinggi dengan menginternalisasikan konsep HOTS, inovatif, dan berkarakter dalam diri para siswa melalui strategi pembelajaran synchronous dan asynchronous.
Kenyataan di lapangan menunjukkan tidak semua sekolah mampu menerapkan strategi pembelajaran synchronous dan asynchronous secara optimal di masa pandemi Covid-19.
Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh faktor kesiapan sarana penunjang untuk menjadikan pembelajaran synchronous dan asynchronous tersebut.
Menurut Dosen Prodi Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Dewa Gede Hendra Divayana, bersama dosen lainnya I Putu Wisna Ariawan, dan P. Wayan Arta Suyasa, yang melaksanakan penelitian dengan Strategi Synchronous dan Asynchronous yang Berpedoman Trikaya Parisudha mengatakan
Dalam kegiatan PKM dengan melibatkan sebanyak 30 guru yang berasal dari beberapa SMK TI yang ada di Kecamatan Mengwi. Dengan waktu pelaksanaan PKM selama 1 minggu metode ceramah, diskusi, dan unjuk kerja dalam serangkaian pelatihan/workshop. Setelah dilakukan di SMK 2 PGRI Badung.
Hasil dari PKM ini menampilkan adanya tingkat efektivitas pemahaman dan keterampilan peserta setelah memperoleh materi workshop.
Pada umumnya, kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk PKM ini sudah terlaksana dengan baik di SMK PGRI 2 Badung.
“Ini terbukti dari tingginya tingkat keefektifan pemahaman dan keterampilan peserta setelah memperoleh materi ajar dari para narasumber dalam kegiatan PKM,” terangnya.
Dewa Gede Hendra Divayana menambahkan, terdapat tiga topik materi yang berhasil dengan tuntas dan memperoleh rata-rata tingkat efektivitas di atas 80%.
Di antaranya konsep Aneka-Tri Kaya Parisudha, pembuatan soal HOTS menggunakan aplikasi wondershare dan penyusunan KIR (Karya Ilmiah Remaja), pembuatan media pembelajaran inovatif dan pengenalan platform synchronous-asynchronous.
Meski penelitian berjalan lancar pekerjaan mendatang yang perlu dilakukan sebagai saran/rekomendasi perbaikan untuk memecahkan kendala dalam kegiatan PKM ini yaitu dengan menambah waktu pendampingan dalam setiap topik materi. Sehingga tes unjuk kerja oleh para peserta akan terlaksana lebih optimal.
Harapan pihaknya lainnya setelah dilakukan penelitian ini mampu mengatasi permasalahan-permasalahan prioritas yang dihadapi oleh sebagian besar SMK TI yang ada di Kecamatan Mengwi.
“Kemudian strategi Synchronous dan Asynchronous yang Berpedoman Trikaya Parisudha dapat diterapkan dalam kurikulum Merdeka Belajar,” tandasnya. (uli/han)