32.8 C
Jakarta
21 November 2024, 14:56 PM WIB

Tarif Penyeberangan Naik, Inflasi di Bali Berisiko Melejit

NEGARA – Kenaikan bahan bakar minyak (BBM), disusul dengan rencana kenaikan  tarif penyeberangan, diprediksi bisa membuat kebutuhan pokok meningkat. Inflasi di Bali juga berisiko meningkat lagi.

Seperti gambaran, secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi 6,73% di bulan Juli 2022.  Apalagi bila sejumlah kebutuhan pokok di Bali, khususnya di Jembrana masih mengandalkan pasokan dari Jawa.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan I Komang Agus Adinata, mengatakan bahwa  logika pasar ketika biaya produksi meningkat maka pasti naik. Namun  sampai saat ini harga kebutuhan pokok masih stabil. Setelah ada kenaikan tarif  penyeberangan, ini perlu diantisipasi jelasnya.

Menurutnya, meski tarif penyeberangan akan naik, perlu dilihat juga produksi pertanian di  Jembrana. Karena tidak semua kebutuhan pokok mengandalkan pasokan dari luar Bali. “Selama  ini, kebutuhan yang mengandalkan sebagian besar dari Jawa. Mulai dari cabai, sayur, tepung, bawang merah, bawang putih dan gula. Kita hanya punya beras dan ikan yang banyak,” jelasnya.

Sebagai antisipasi, pihaknya sudah datang ke Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai salah satu daerah pemasok terbanyak kebutuhan pokok di Jembrana. Dinas langsung mendatangi  pedagang grosir dan petani di Banyuwangi untuk bekerjasama.

Selanjutnya, apabila ada peningkatan harga kebutuhan pokok di Jembrana, langsung memotong  rantai distribusi. Dinas membeli langsung kepada pedagang grosir dan petani, dengan pola  subsidi biaya BBM.

Pemerintah memfasilitasi dengan subsidi BBM untuk membeli langsung ke Jawa, sehingga harganya sama dengan di Jawa, tegasnya. Adinata menegaskan, setelah biaya BBM untuk angkutan pembelian kebutuhan yang harganya

naik disubsidi, maka harga kebutuhan yang ada di Banyuwangi harganya sama dengan di  Jembrana. Yang jelas pemerintah yang bayarin biaya transportasinya  terangnya.

Terpisah, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, mengatakan, bahwa dalam mengendalikan kebutuhan  pokok dan upaya menekan inflasi, mengajak masyarakat untuk bertani mandiri di lingkup terkecil.

Misalnya menanam cabai dan sayur sendiri di rumahnya. Menurut bupati, sudah bekerjasama dengan Polres Jembrana dan Kodim 1617 Jembrana, melalui Babinkamtibmas dan Babinsa di desa untuk menjaga ketahanan pangan.

”Kita akan  menyiapkan bibit di setiap desa 3.000 bibit, sementara bibir cabai,”  jelasnya. “Babinkamtibmas dan Babinsa juga akan diminta untuk mendata lokasi yang akan ditanami dan mengajarkan masyarkat untuk menanam,” ujarnya.

Biar tidak hanya cabai dan tomat beli, karena sudah  ada di rumah masing- masing dengan ditanam polibag dan lahan yang tidak bermanfaat terangnya. (bas/pit)

NEGARA – Kenaikan bahan bakar minyak (BBM), disusul dengan rencana kenaikan  tarif penyeberangan, diprediksi bisa membuat kebutuhan pokok meningkat. Inflasi di Bali juga berisiko meningkat lagi.

Seperti gambaran, secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi 6,73% di bulan Juli 2022.  Apalagi bila sejumlah kebutuhan pokok di Bali, khususnya di Jembrana masih mengandalkan pasokan dari Jawa.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan I Komang Agus Adinata, mengatakan bahwa  logika pasar ketika biaya produksi meningkat maka pasti naik. Namun  sampai saat ini harga kebutuhan pokok masih stabil. Setelah ada kenaikan tarif  penyeberangan, ini perlu diantisipasi jelasnya.

Menurutnya, meski tarif penyeberangan akan naik, perlu dilihat juga produksi pertanian di  Jembrana. Karena tidak semua kebutuhan pokok mengandalkan pasokan dari luar Bali. “Selama  ini, kebutuhan yang mengandalkan sebagian besar dari Jawa. Mulai dari cabai, sayur, tepung, bawang merah, bawang putih dan gula. Kita hanya punya beras dan ikan yang banyak,” jelasnya.

Sebagai antisipasi, pihaknya sudah datang ke Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai salah satu daerah pemasok terbanyak kebutuhan pokok di Jembrana. Dinas langsung mendatangi  pedagang grosir dan petani di Banyuwangi untuk bekerjasama.

Selanjutnya, apabila ada peningkatan harga kebutuhan pokok di Jembrana, langsung memotong  rantai distribusi. Dinas membeli langsung kepada pedagang grosir dan petani, dengan pola  subsidi biaya BBM.

Pemerintah memfasilitasi dengan subsidi BBM untuk membeli langsung ke Jawa, sehingga harganya sama dengan di Jawa, tegasnya. Adinata menegaskan, setelah biaya BBM untuk angkutan pembelian kebutuhan yang harganya

naik disubsidi, maka harga kebutuhan yang ada di Banyuwangi harganya sama dengan di  Jembrana. Yang jelas pemerintah yang bayarin biaya transportasinya  terangnya.

Terpisah, Bupati Jembrana, I Nengah Tamba, mengatakan, bahwa dalam mengendalikan kebutuhan  pokok dan upaya menekan inflasi, mengajak masyarakat untuk bertani mandiri di lingkup terkecil.

Misalnya menanam cabai dan sayur sendiri di rumahnya. Menurut bupati, sudah bekerjasama dengan Polres Jembrana dan Kodim 1617 Jembrana, melalui Babinkamtibmas dan Babinsa di desa untuk menjaga ketahanan pangan.

”Kita akan  menyiapkan bibit di setiap desa 3.000 bibit, sementara bibir cabai,”  jelasnya. “Babinkamtibmas dan Babinsa juga akan diminta untuk mendata lokasi yang akan ditanami dan mengajarkan masyarkat untuk menanam,” ujarnya.

Biar tidak hanya cabai dan tomat beli, karena sudah  ada di rumah masing- masing dengan ditanam polibag dan lahan yang tidak bermanfaat terangnya. (bas/pit)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/