27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 0:13 AM WIB

Jembatan Gatsu Timur Sedang Dibangun Malah Ambrol, Guru Besar Unud Waswas Kualitas Beton

DENPASAR – Penyelesaian proyek perbaikan tiga jembatan senilai Rp 109 miliar di Gatot Subroto Timur terancam molor dari target 31 Desember 2022. Khususnya di jembatan yang melintang di Tukad (Sungai) Ayung. Pasalnya jembatan ini malah sempat ambrol pada (23/9).

Pengamat Tata Ruang dan juga guru besar FT Unud, Prof. Dr. Ir Putu Rumawan juga waswas akan kualitas beton proyek tersebut.

Selain sempat jebol pada Kamis (22/9) malam akibat guyuran hujan dan dilalui truk pasir. Kontraktor proyek juga menghadapi kendala kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan juga tambahan pengerjaan pembuatan senderan dan pura di sekitar lokasi.

Rumawan menyoroti soal lalu-lalang kendaraan saat proyek masih dikerjakan. “Kalau sekarang sulit dalam membangun dilalui kendaraan. Saya khawatir nanti kualitas beton retak, membuat besi beton karat, dan kekuatannya lemah,” bebernya kemarin (24/9).

Selain itu juga mesti ada manejemen mutu yakni harus ada tim sebagai pengawas proyek. Tim itu yang bertanggung jawab mengantarkan proyek itu cepat selesai dan tepat mutu. “Saya  tidak tahu kantor pengawasnya di mana. Beberapa kali lewat tidak lihat kantor pengawas dan hanya saya lihat pekerja saja dan alat berat,” terangnya.

Imbuhnya, dia sebagai pengguna jalan berharap, karena pada G20 akan  banyak pengalihan fungsi jalan yang akan digunakan. Nantinya pasti akan menuju Jalan Gator Subroto. Kalau jalan Gatot Subroto masih dalam perbaikan tentu akan membawa kemacetan yang besar dan bahkan pemidahan titik macet akan tambah luas. (made dwija putra/rid)

DENPASAR – Penyelesaian proyek perbaikan tiga jembatan senilai Rp 109 miliar di Gatot Subroto Timur terancam molor dari target 31 Desember 2022. Khususnya di jembatan yang melintang di Tukad (Sungai) Ayung. Pasalnya jembatan ini malah sempat ambrol pada (23/9).

Pengamat Tata Ruang dan juga guru besar FT Unud, Prof. Dr. Ir Putu Rumawan juga waswas akan kualitas beton proyek tersebut.

Selain sempat jebol pada Kamis (22/9) malam akibat guyuran hujan dan dilalui truk pasir. Kontraktor proyek juga menghadapi kendala kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan juga tambahan pengerjaan pembuatan senderan dan pura di sekitar lokasi.

Rumawan menyoroti soal lalu-lalang kendaraan saat proyek masih dikerjakan. “Kalau sekarang sulit dalam membangun dilalui kendaraan. Saya khawatir nanti kualitas beton retak, membuat besi beton karat, dan kekuatannya lemah,” bebernya kemarin (24/9).

Selain itu juga mesti ada manejemen mutu yakni harus ada tim sebagai pengawas proyek. Tim itu yang bertanggung jawab mengantarkan proyek itu cepat selesai dan tepat mutu. “Saya  tidak tahu kantor pengawasnya di mana. Beberapa kali lewat tidak lihat kantor pengawas dan hanya saya lihat pekerja saja dan alat berat,” terangnya.

Imbuhnya, dia sebagai pengguna jalan berharap, karena pada G20 akan  banyak pengalihan fungsi jalan yang akan digunakan. Nantinya pasti akan menuju Jalan Gator Subroto. Kalau jalan Gatot Subroto masih dalam perbaikan tentu akan membawa kemacetan yang besar dan bahkan pemidahan titik macet akan tambah luas. (made dwija putra/rid)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/