27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 0:04 AM WIB

Sambut World Tourism Day, Politekpar Bali Lepas Tukik dan Tanam Mangrove

DENPASAR, radarbali.id– Pantai Mengiat yang terletak di kawasan ITDC Nusa Dua menjadi destinasi utama pelepasan tukik dalam rangka WTD (World Tourism Day) ke-42 yang mengusung tema “Re-thinking Tourism”.

Pelepasan 42 ekor tukik ke habitat aslinya, Rabu (28/9) mulai pukul 06.45 sampai dengan 09.00 ini dihadiri Direktur Politeknik Pariwisata Bali, Ida Bagus Putu Puja, Sekretaris Kemenparekraf RI, Ni Wayan Giri Advani, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Faisal, dan sejumlah undangan lain.

Ida Bagus Putu Puja mengungkapkan ada 2 hal ini harus diperhatikan serius untuk melindungi bumi lengkap dengan flora dan fauna di dalamnya. Salah satunya anak penyu alias tukik. Penegasan serupa juga disampaikan oleh Giri Advani. Ungkapnya pelepasan tukik ini merupakan salah satu dari ratusan kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif termasuk di Politeknik Pariwisata Bali.

Pelepasan tukik juga dirangkai diskusi forum dan penanaman mangrove. “Investasi untuk pariwisata adalah SDM dan planet, di mana kita sebagai bagian dari SDM juga diharapkan dapat mempunyai peran aktif dalam kegiatan seperti ini,” ucap Putu Puja sembari menyebut kegiatan tersebut memupuk kebersamaan dan solidaritas antara seluruh civitas akademika Politeknik Pariwisata Bali sekaligus menunjang kebugaran tubuh.

Pelepasan tukik dinilai menjadi aksi nyata bagi pariwisata berkelanjutan. “Ini bentuk kontribusi kami terhadap planet untuk mengonservasi kelestarian dan keberlanjutan tukik agar tetap bisa menjadi bagian dari keseimbangan kehidupan,” ujar Faisal, S.St.Par.,MM.Par.

Menyongsong World Tourism Day, Politeknik Pariwisata Bali juga mengadakan kegiatan yoga ketawa, Rabu (28/9) di Aula Joop Ave.

Diikuti civitas akademika Politeknik Pariwisata Bali, yoga ketawa diawali pemanasan dengan tarian “cek”. Cek merupakan suara yang dibuat sendiri oleh para peserta dibarengi dengan ketawa diulang sebanyak 2 kali. Dilanjutkan senam atau gerakan penyeimbangan tubuh dan diakhiri dengan gerakan penutup alias streaching.

Anom Hery Suasapha, S.St.Par., M.Par. menyampaikan harapan terkait World Tourism Day yang hanya tinggal menghitung hari. Mengangkat tema “Re-thinking Tourism” ia menyebut pandemi Covid-19 mengajarkan bahwa banyak dampak negatif, khususnya di sektor pariwisata. “Sudah saatnya kita untuk berpikir ulang tentang pariwisata, agar dapat selalu menjadi sustainable tourism. Diharapkan juga tema “Re-thinking Tourism” dapat diimplementasikan secara nyata,” tegasnya.

Tingkat kerusakan mangrove yang tinggi juga menjadi perhatian serius Politeknik Pariwisata Bali. Mahasiswa diajak menanam bibit mangrove serangkaian World Tourism Day 2022.

Dengan restorasi dan rehabilitasi hutan mangrove secara tepat dan benar, Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RRI Ni Wayan Giri Advani merinci ada 5 point guideline yang menjadi perhatian dari negara-negara G20 dalam rangka pemulihan pariwisata. Salah satunya SDM dan lingkungan.

“Kegiatan penanaman mangrove dilakukan dengan tujuan mencegah abrasi pada laut, menjadikan mangrove sebagai tempat hidup biota laut, dan sebagai gerakan mahasiswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar khususnya daerah perairan serta mendukung kegiatan sebagai kelestarian alam,” ucap Ida Bagus Putu Puja.

“Kita subjek pelaksana yang membangun perubahan atau pengembangan suatu tempat dan lingkungan, yaitu dengan menjaga serta merawat kembali lingkungan-lingkungan yang rusak atau sudah tidak layak. Salah satu contohnya yaitu dengan penanaman mangrove ini,” sambungannya.

“Kegiatan penanaman mangrove dilakukan dengan tujuan mencegah abrasi pada laut, menjadikan mangrove sebagai tempat hidup biota laut, dan sebagai gerakan mahasiswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar khususnya daerah perairan serta mendukung kegiatan sebagai kelestarian alam,” tegas Ida Bagus Putu Puja.

Melalui World Tourism Day 2022 ini diharapkan Indonesia memiliki publikasi yang baik dalam sektor pariwisata paska pandemi.

World Tourism Day 2022 dinilai sebagai momentum yang tepat untuk membuktikan bahwa Indonesia memiliki banyak inisiatif membangun sektor pariwisata seiring pemulihan di tengah berbagai tekanan akibat pandemi Covid-19.

Di antaranya melalui program CHSE, yaitu Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan) dan Environment Sustainabilty (kelestarian lingkungan). Aspek tersebut sebagai salah satu pedoman atau standarisasi sektor pariwisata di Indonesia.

Dengan kegiatan penanaman mangrove ini para mahasiswa menjadi awareness tentang bagaimana pelestarian itu penting sehingga pembangunan pariwisata itu tidak semata mata hanya membangun akan tetapi juga melestarikannya.

Kegiatan tersebut juga mendapat respons positif dari para mahasiswa serta para partisipannya, mereka melakukan penanaman dengan sangat antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang bagaimana cara serta teknik penanaman dan perawatan mangrove yang tepat.

Para mahasiswa juga bisa belajar banyak hal dalam bidang perawatan ini. Dari belajar bekerja sama dengan tim, cara menanam hingga melestarikan, termasuk memberikan pengalaman baru dan contoh bagi masyarakat sebagai langkah awal dalam melestarikan lingkungan di suatu tempat. (rba/ken)

DENPASAR, radarbali.id– Pantai Mengiat yang terletak di kawasan ITDC Nusa Dua menjadi destinasi utama pelepasan tukik dalam rangka WTD (World Tourism Day) ke-42 yang mengusung tema “Re-thinking Tourism”.

Pelepasan 42 ekor tukik ke habitat aslinya, Rabu (28/9) mulai pukul 06.45 sampai dengan 09.00 ini dihadiri Direktur Politeknik Pariwisata Bali, Ida Bagus Putu Puja, Sekretaris Kemenparekraf RI, Ni Wayan Giri Advani, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Faisal, dan sejumlah undangan lain.

Ida Bagus Putu Puja mengungkapkan ada 2 hal ini harus diperhatikan serius untuk melindungi bumi lengkap dengan flora dan fauna di dalamnya. Salah satunya anak penyu alias tukik. Penegasan serupa juga disampaikan oleh Giri Advani. Ungkapnya pelepasan tukik ini merupakan salah satu dari ratusan kegiatan yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif termasuk di Politeknik Pariwisata Bali.

Pelepasan tukik juga dirangkai diskusi forum dan penanaman mangrove. “Investasi untuk pariwisata adalah SDM dan planet, di mana kita sebagai bagian dari SDM juga diharapkan dapat mempunyai peran aktif dalam kegiatan seperti ini,” ucap Putu Puja sembari menyebut kegiatan tersebut memupuk kebersamaan dan solidaritas antara seluruh civitas akademika Politeknik Pariwisata Bali sekaligus menunjang kebugaran tubuh.

Pelepasan tukik dinilai menjadi aksi nyata bagi pariwisata berkelanjutan. “Ini bentuk kontribusi kami terhadap planet untuk mengonservasi kelestarian dan keberlanjutan tukik agar tetap bisa menjadi bagian dari keseimbangan kehidupan,” ujar Faisal, S.St.Par.,MM.Par.

Menyongsong World Tourism Day, Politeknik Pariwisata Bali juga mengadakan kegiatan yoga ketawa, Rabu (28/9) di Aula Joop Ave.

Diikuti civitas akademika Politeknik Pariwisata Bali, yoga ketawa diawali pemanasan dengan tarian “cek”. Cek merupakan suara yang dibuat sendiri oleh para peserta dibarengi dengan ketawa diulang sebanyak 2 kali. Dilanjutkan senam atau gerakan penyeimbangan tubuh dan diakhiri dengan gerakan penutup alias streaching.

Anom Hery Suasapha, S.St.Par., M.Par. menyampaikan harapan terkait World Tourism Day yang hanya tinggal menghitung hari. Mengangkat tema “Re-thinking Tourism” ia menyebut pandemi Covid-19 mengajarkan bahwa banyak dampak negatif, khususnya di sektor pariwisata. “Sudah saatnya kita untuk berpikir ulang tentang pariwisata, agar dapat selalu menjadi sustainable tourism. Diharapkan juga tema “Re-thinking Tourism” dapat diimplementasikan secara nyata,” tegasnya.

Tingkat kerusakan mangrove yang tinggi juga menjadi perhatian serius Politeknik Pariwisata Bali. Mahasiswa diajak menanam bibit mangrove serangkaian World Tourism Day 2022.

Dengan restorasi dan rehabilitasi hutan mangrove secara tepat dan benar, Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RRI Ni Wayan Giri Advani merinci ada 5 point guideline yang menjadi perhatian dari negara-negara G20 dalam rangka pemulihan pariwisata. Salah satunya SDM dan lingkungan.

“Kegiatan penanaman mangrove dilakukan dengan tujuan mencegah abrasi pada laut, menjadikan mangrove sebagai tempat hidup biota laut, dan sebagai gerakan mahasiswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar khususnya daerah perairan serta mendukung kegiatan sebagai kelestarian alam,” ucap Ida Bagus Putu Puja.

“Kita subjek pelaksana yang membangun perubahan atau pengembangan suatu tempat dan lingkungan, yaitu dengan menjaga serta merawat kembali lingkungan-lingkungan yang rusak atau sudah tidak layak. Salah satu contohnya yaitu dengan penanaman mangrove ini,” sambungannya.

“Kegiatan penanaman mangrove dilakukan dengan tujuan mencegah abrasi pada laut, menjadikan mangrove sebagai tempat hidup biota laut, dan sebagai gerakan mahasiswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan di sekitar khususnya daerah perairan serta mendukung kegiatan sebagai kelestarian alam,” tegas Ida Bagus Putu Puja.

Melalui World Tourism Day 2022 ini diharapkan Indonesia memiliki publikasi yang baik dalam sektor pariwisata paska pandemi.

World Tourism Day 2022 dinilai sebagai momentum yang tepat untuk membuktikan bahwa Indonesia memiliki banyak inisiatif membangun sektor pariwisata seiring pemulihan di tengah berbagai tekanan akibat pandemi Covid-19.

Di antaranya melalui program CHSE, yaitu Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan) dan Environment Sustainabilty (kelestarian lingkungan). Aspek tersebut sebagai salah satu pedoman atau standarisasi sektor pariwisata di Indonesia.

Dengan kegiatan penanaman mangrove ini para mahasiswa menjadi awareness tentang bagaimana pelestarian itu penting sehingga pembangunan pariwisata itu tidak semata mata hanya membangun akan tetapi juga melestarikannya.

Kegiatan tersebut juga mendapat respons positif dari para mahasiswa serta para partisipannya, mereka melakukan penanaman dengan sangat antusias dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang bagaimana cara serta teknik penanaman dan perawatan mangrove yang tepat.

Para mahasiswa juga bisa belajar banyak hal dalam bidang perawatan ini. Dari belajar bekerja sama dengan tim, cara menanam hingga melestarikan, termasuk memberikan pengalaman baru dan contoh bagi masyarakat sebagai langkah awal dalam melestarikan lingkungan di suatu tempat. (rba/ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/