27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:04 AM WIB

Gubernur Koster Ajak Tokoh Hindu Solid Jaga Alam, Manusia, dan Budaya Bali

DENPASAR, Radar Bali- Gubernur Bali, Wayan Koster mengajak seluruh tokoh umat Hindu di Bali agar kompak, solid, utuh, satu persepsi, dan satu langkah menjalankan tatanan kehidupan di Bali dengan nilai adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali sebagai ujung tombak untuk menjaga kekayaan alam, manusia, dan budaya Bali. Ajakan tersebut digelorakan Gubernur Koster dan seluruh Sulinggih, Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija, serta umat Hindu yang hadir memberikan apresiasi tepuk tangan dalam simakrama dengan tokoh umat Hindu Se-Bali yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, Kementerian Agama di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Minggu, Redite Umanis, Klawu (2/10).

Alasan kuat gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng ini mengajak seluruh tokoh umat Hindu di Bali menjaga kekayaan alam, manusia, dan budaya Bali, karena dalam sejarahnya Pulau Bali ditata oleh orang-orang suci secara Ngider Buana lengkap dengan tatanan budaya yang sangat adi luhung, hingga menjadikan Bali sebagai daya tarik mancanegara serta memiliki taksu bahkan dikenal tenget.

Untuk melestarikan warisan budaya Bali yang adi luhung, mantan anggota DPR RI 3 periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini sejak menjadi Gubernur Bali menancapkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru dengan memperkuat program prioritas di bidang adat, agama, tradisi, seni, dan budaya melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4/2019 tentang Desa Adat di Bali, Perda No. 4/2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, Pergub Bali No. 80/2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, hingga Pergub Bali No. 79/2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Sehingga kepada Dirjen Bimas Hindu yang baru dilantik (Prof. I Nengah Duija, red), diminta untuk meningkatkan kualitas SDM umat Hindu melalui lembaga pendidikan Hindu yang bersinergi dengan desa adat di Bali pada khususnya membangun pasraman dari tingkat PAUD, SD, SMP, hingga SMA.

“Saya juga minta agar buku pelajaran agama Hindu yang digunakan di sekolah supaya isinya ditinjau kembali dan lebih memuat materi tentang Hindu Nusantara,” tegas Gubernur Koster yang merupakan mantan anggota Badan Anggaran DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang tercatat dalam sejarah Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama mengalokasikan anggaran Rp9 Miliar menjadi Rp700 miliar serta mendorong terciptanya Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) yang sebelumnya akademi; terciptanya STAHN menjadi institut, hingga universitas, di antaranya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar di Bangli, termasuk di Sumut, Kalteng, dan Mataram.

Gubernur Bali jebolan ITB itu tegas mengajak tokoh umat Hindu di Bali betul-betul memahami dan memproteksi Bali dengan menjaga alam, manusia, dan kebudayaan Bali. “Hanya kita yang punya tanggung jawab secara niskala dan sekala untuk menjaga Pulau Bali ini semua, dan matur suksema Ida Sulinggih yang setiap hari melakukan puja untuk memohon anugerah agar alam Bali rahayu,” tutup Gubernur Koster.

Sementara itu, I Nengah Duija membeberkan rencana strategis Dirjen Bimas Hindu membangun Hindu Nusantara dengan memberikan solusi atas adanya persoalan peningkatan kualitas SDM, pembelajaran dan pengajaran. Salah satunya berkaitan dengan persoalan buku ajaran, kurikulum, serta penempatan dan profesionalitas guru.

Mewujudkan Hindu Nusantara, Nengah Duija menegaskan agama Hindu tidak boleh lepas dari budaya. Jelasnya kalau ada yang mengatakan agama tidak relevan dengan budaya, maka itu salah besar. Ia berharap Hindu yang berkembang di Jawa mesti berpijak pada nilai-nilai Jawa. Toraja harus berkiblat pada Toraja. Hindu Kaharingan harus berkiblat pada Kaharingan, karena itu budaya umat setempat.

“Bali apalagi, Hindu di Bali harus berkiblat pada Bali. Kalau tidak, kita mengkhianati cita-cita Bung Karno, yang ditegaskannya bahwa kalau ingin menjadi orang Hindu, tidak harus menjadi orang India,” ujar Dirjen Bimas Hindu.

Nengah Duija menyatakan jangan terlalu membanggakan apa (budaya luar, red) yang datang dari luar, melainkan umat harus tumbuh dan bertopang pada nilai-nilai sosial budaya yang ada di Bali khususnya. “Saya ingin Bali ini mewali taksunya dan semua pergerakan-pergerakan komunitas agama yang tujuannya sama, mari kita bersama-sama menghilangkan semua perbedaan itu menjadi satu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur kita yang ada di Bali,” tegasnya. (adv/ken)

DENPASAR, Radar Bali- Gubernur Bali, Wayan Koster mengajak seluruh tokoh umat Hindu di Bali agar kompak, solid, utuh, satu persepsi, dan satu langkah menjalankan tatanan kehidupan di Bali dengan nilai adat istiadat, tradisi, seni budaya, dan kearifan lokal Bali sebagai ujung tombak untuk menjaga kekayaan alam, manusia, dan budaya Bali. Ajakan tersebut digelorakan Gubernur Koster dan seluruh Sulinggih, Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija, serta umat Hindu yang hadir memberikan apresiasi tepuk tangan dalam simakrama dengan tokoh umat Hindu Se-Bali yang digelar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, Kementerian Agama di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Minggu, Redite Umanis, Klawu (2/10).

Alasan kuat gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng ini mengajak seluruh tokoh umat Hindu di Bali menjaga kekayaan alam, manusia, dan budaya Bali, karena dalam sejarahnya Pulau Bali ditata oleh orang-orang suci secara Ngider Buana lengkap dengan tatanan budaya yang sangat adi luhung, hingga menjadikan Bali sebagai daya tarik mancanegara serta memiliki taksu bahkan dikenal tenget.

Untuk melestarikan warisan budaya Bali yang adi luhung, mantan anggota DPR RI 3 periode dari Fraksi PDI Perjuangan ini sejak menjadi Gubernur Bali menancapkan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru dengan memperkuat program prioritas di bidang adat, agama, tradisi, seni, dan budaya melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 4/2019 tentang Desa Adat di Bali, Perda No. 4/2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali, Pergub Bali No. 80/2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali, hingga Pergub Bali No. 79/2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Sehingga kepada Dirjen Bimas Hindu yang baru dilantik (Prof. I Nengah Duija, red), diminta untuk meningkatkan kualitas SDM umat Hindu melalui lembaga pendidikan Hindu yang bersinergi dengan desa adat di Bali pada khususnya membangun pasraman dari tingkat PAUD, SD, SMP, hingga SMA.

“Saya juga minta agar buku pelajaran agama Hindu yang digunakan di sekolah supaya isinya ditinjau kembali dan lebih memuat materi tentang Hindu Nusantara,” tegas Gubernur Koster yang merupakan mantan anggota Badan Anggaran DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang tercatat dalam sejarah Dirjen Bimas Hindu, Kementerian Agama mengalokasikan anggaran Rp9 Miliar menjadi Rp700 miliar serta mendorong terciptanya Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) yang sebelumnya akademi; terciptanya STAHN menjadi institut, hingga universitas, di antaranya STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar di Bangli, termasuk di Sumut, Kalteng, dan Mataram.

Gubernur Bali jebolan ITB itu tegas mengajak tokoh umat Hindu di Bali betul-betul memahami dan memproteksi Bali dengan menjaga alam, manusia, dan kebudayaan Bali. “Hanya kita yang punya tanggung jawab secara niskala dan sekala untuk menjaga Pulau Bali ini semua, dan matur suksema Ida Sulinggih yang setiap hari melakukan puja untuk memohon anugerah agar alam Bali rahayu,” tutup Gubernur Koster.

Sementara itu, I Nengah Duija membeberkan rencana strategis Dirjen Bimas Hindu membangun Hindu Nusantara dengan memberikan solusi atas adanya persoalan peningkatan kualitas SDM, pembelajaran dan pengajaran. Salah satunya berkaitan dengan persoalan buku ajaran, kurikulum, serta penempatan dan profesionalitas guru.

Mewujudkan Hindu Nusantara, Nengah Duija menegaskan agama Hindu tidak boleh lepas dari budaya. Jelasnya kalau ada yang mengatakan agama tidak relevan dengan budaya, maka itu salah besar. Ia berharap Hindu yang berkembang di Jawa mesti berpijak pada nilai-nilai Jawa. Toraja harus berkiblat pada Toraja. Hindu Kaharingan harus berkiblat pada Kaharingan, karena itu budaya umat setempat.

“Bali apalagi, Hindu di Bali harus berkiblat pada Bali. Kalau tidak, kita mengkhianati cita-cita Bung Karno, yang ditegaskannya bahwa kalau ingin menjadi orang Hindu, tidak harus menjadi orang India,” ujar Dirjen Bimas Hindu.

Nengah Duija menyatakan jangan terlalu membanggakan apa (budaya luar, red) yang datang dari luar, melainkan umat harus tumbuh dan bertopang pada nilai-nilai sosial budaya yang ada di Bali khususnya. “Saya ingin Bali ini mewali taksunya dan semua pergerakan-pergerakan komunitas agama yang tujuannya sama, mari kita bersama-sama menghilangkan semua perbedaan itu menjadi satu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur kita yang ada di Bali,” tegasnya. (adv/ken)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/