SEMARAPURA– Setelah berhari-hari diguyur hujan deras, petani garam di Pantai Karangnadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan bisa kembali berproduksi. Meski begitu, masih banyak stok garam yang mereka miliki lantaran sepinya pembeli.
Nengah Sukarti, salah seorang petani garam Kusamba di Pantai Karangnadi, Sabtu (15/10) menuturkan petani garam tidak dapat berproduksi bila hujan turun.
Meskipun beberapa hari lalu Kabupaten Klungkung terus diguyur hujan, dia mengaku masih cukup banyak memiliki stok garam tradisional Kusamba. “Saya punya stok sekitar 50 kilogram. Sejak beberapa hari ini tidak turun hujan, jadi bisa berproduksi kembali,” terangnya.
Banyaknya stok, bukan semata-mata lantaran menurunnya peminat garam tradisional Kusamba. Namun lebih kepada adanya garam Kusamba oplosan yang beredar di pasaran. Di mana garam dari luar Bali diolah kembali di wilayah Kecamatan Dawan seolah-olah merupakan garam tradisional Kusamba.
“Tengkulak belinya itu. Saya tidak tahu kenapa belinya yang seperti itu (oplosan). Apakah karena harganya lebih murah, atau seperti apa, saya tidak tahu,” ujarnya.
Di tengah sepinya permintaan dari para pengepul dan konsumen langsung, dia masih bisa berpenghasilan lantaran ada koperasi bekerja dengan Pemkab Klungkung rutin membeli garam tradisional Kusambanya.
Koperasi yang mengolah garam tradisional Kusamba dalam sejumlah kemasan itu membeli garam para petani dengan harga yang masih terbilang layak, yakni Rp 10 ribu per kilogram. “Jadi saya jual ke sana kalau banyak punya stok,” katanya.
Namun, besar harapannya, garam tradisional Kusamba oplosan tidak ada lagi. Sehingga penjualan para petani dapat kembali bergairah.
Apalagi dari segi rasa, garam Kusamba oplosan tersebut tidak seperti garam Kusamba aslinya sehingga dikhawatirkan dapat merusak citra. (dewa ayu pitri arisanti/radar bali)