25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:34 AM WIB

Raih AMI Award 2022, Balawan Telanjur Lekat dengan Kepiawaian Memainkan Nada Gamelan

Selain Navicula, musisi Bali Wayan Balawan mendapat penghargaan di Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards tahun 2022. Balawan mendapat penghargaan karya world music terbaik di lagu What’s In Bali Today.

SOSOK  Balawan sangat dikenal dengan permainan gitar double tapping. Musisi jazz asal Desa Batuan, Gianyar ini bukan kali pertama tembus di AMI Awards. Pada tahun 2010

Balawan juga mendapat penghargaan AMI untuk jazz (instrumental) penampil solo/duo atau grup terbaik. Namun pria kelahiran 9 September 1972 silam ini kembali menyabet penghargaan AMI Awards tahun 2022.

Yakni  pada karya produksi world music terbaik di nomor lagu What’s In Bali Today di album Balawan Bumi Gamelan Orchestra yang dirilis tahun  2021 lalu. “Kalau penghargaan AMI, mereka yang mengkurasi dan persaingannya ketat. Banyak saingannya. Menang bisa beberapa kemungkinan seperti paling beda. “Apalagi masa pandemi ini,” jelas musisi jebolan Australian Institute of Music di Sydney ini, Minggu (16/10).

Kata dia, Balawan Bumi Gamelan Orchestra sangat menonjolkan unsur gamelan. Alat musik gitar dan juga bas hanya sebagai pelengkap instrumen. Terlebih lagu What’s In Bali  Today memang sangat didominasi permainan dari gamelan semar pegulingan dengan laras pelog- nya.

Perbedaan mendasar antara Bumi Gamelan Orchestra dan Batuan Ethnic Fusion seperti jumlah pemain dan tingkat improvisasinya dalam mengolah musik atau lagu.

“Ini nekat sih, dengan sistem ini memang paling beda dari world music yang lain, ini murni gamelan dan tidak pakai drum. Saya kembali ke konsep saya tahun 1999, namun  jumlah personel yang terlibat banyak yakni 20 orang. Dulu bagi orang mungkin sebagian  menganggap musik yang aneh. Cuma lama kelamaan mulai menemukan jati diri masing- masing baru mungkin terasa,” bebernya.

Album Balawan Bumi Gamelan Orchestra memuat 10 lagu yang dipasarkan melalui  digital store dan juga bentuk fisik compact disk (CD). Secara keseluruhan bukan merupakan lagu baru. Sebab, Balawan sendiri kerap membawakan lagu-lagunya tersebut  di sejumlah panggung, kemudian baru direkam dalam bentuk album.

“Saya ini musisi  berbeda, saya perkenalkan dulu lagunya lalu saya rekam. Kalau musisi lainnya  kebanyakan rekam dulu baru bawa live. Jadi beda proses saya,” jelasnya.

Lebih lanjut, mendapatkan penghargaan ini sejatinya menjadi awal kebangkitan musik Nusantara. Sebab musik khas budaya Nusantara sudah mulai digali dan diakui lagi.

“Karena sebelumnya banyak hal terjadi untuk mencari jati diri. Namun karena dunia saat ini terlalu global, pengaruh luar terlalu besar. Ukuran saingannya bukan orang di Indonesia  tapi semua yang ada di media sosial, itu menjadi tolak ukur. Apalagi dunia digital, semua bisa gampang,” bebernya.

Imbuhnya, secara nasional musik Bali sudah diakui dan para musisi Bali tidak perlu takut  berkarya. Bahkan tidak boleh hanya jago kandang saja, melainkan punya visi untuk berani tampil ke luar Bali.

Selain itu apresiasi masyarakat juga diharapkan semakin cinta terhadap musik Bali, sebab ini menjadi identitas kebudayaan Bali. “Jadi musisi jangan takut berkarya, dan apresiasi masyarakat juga harus terus ditingkatkan terhadap kecintaannya terhadap musisi Bali,” pungkasnya. (made dwija putra/radar bali)

Selain Navicula, musisi Bali Wayan Balawan mendapat penghargaan di Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards tahun 2022. Balawan mendapat penghargaan karya world music terbaik di lagu What’s In Bali Today.

SOSOK  Balawan sangat dikenal dengan permainan gitar double tapping. Musisi jazz asal Desa Batuan, Gianyar ini bukan kali pertama tembus di AMI Awards. Pada tahun 2010

Balawan juga mendapat penghargaan AMI untuk jazz (instrumental) penampil solo/duo atau grup terbaik. Namun pria kelahiran 9 September 1972 silam ini kembali menyabet penghargaan AMI Awards tahun 2022.

Yakni  pada karya produksi world music terbaik di nomor lagu What’s In Bali Today di album Balawan Bumi Gamelan Orchestra yang dirilis tahun  2021 lalu. “Kalau penghargaan AMI, mereka yang mengkurasi dan persaingannya ketat. Banyak saingannya. Menang bisa beberapa kemungkinan seperti paling beda. “Apalagi masa pandemi ini,” jelas musisi jebolan Australian Institute of Music di Sydney ini, Minggu (16/10).

Kata dia, Balawan Bumi Gamelan Orchestra sangat menonjolkan unsur gamelan. Alat musik gitar dan juga bas hanya sebagai pelengkap instrumen. Terlebih lagu What’s In Bali  Today memang sangat didominasi permainan dari gamelan semar pegulingan dengan laras pelog- nya.

Perbedaan mendasar antara Bumi Gamelan Orchestra dan Batuan Ethnic Fusion seperti jumlah pemain dan tingkat improvisasinya dalam mengolah musik atau lagu.

“Ini nekat sih, dengan sistem ini memang paling beda dari world music yang lain, ini murni gamelan dan tidak pakai drum. Saya kembali ke konsep saya tahun 1999, namun  jumlah personel yang terlibat banyak yakni 20 orang. Dulu bagi orang mungkin sebagian  menganggap musik yang aneh. Cuma lama kelamaan mulai menemukan jati diri masing- masing baru mungkin terasa,” bebernya.

Album Balawan Bumi Gamelan Orchestra memuat 10 lagu yang dipasarkan melalui  digital store dan juga bentuk fisik compact disk (CD). Secara keseluruhan bukan merupakan lagu baru. Sebab, Balawan sendiri kerap membawakan lagu-lagunya tersebut  di sejumlah panggung, kemudian baru direkam dalam bentuk album.

“Saya ini musisi  berbeda, saya perkenalkan dulu lagunya lalu saya rekam. Kalau musisi lainnya  kebanyakan rekam dulu baru bawa live. Jadi beda proses saya,” jelasnya.

Lebih lanjut, mendapatkan penghargaan ini sejatinya menjadi awal kebangkitan musik Nusantara. Sebab musik khas budaya Nusantara sudah mulai digali dan diakui lagi.

“Karena sebelumnya banyak hal terjadi untuk mencari jati diri. Namun karena dunia saat ini terlalu global, pengaruh luar terlalu besar. Ukuran saingannya bukan orang di Indonesia  tapi semua yang ada di media sosial, itu menjadi tolak ukur. Apalagi dunia digital, semua bisa gampang,” bebernya.

Imbuhnya, secara nasional musik Bali sudah diakui dan para musisi Bali tidak perlu takut  berkarya. Bahkan tidak boleh hanya jago kandang saja, melainkan punya visi untuk berani tampil ke luar Bali.

Selain itu apresiasi masyarakat juga diharapkan semakin cinta terhadap musik Bali, sebab ini menjadi identitas kebudayaan Bali. “Jadi musisi jangan takut berkarya, dan apresiasi masyarakat juga harus terus ditingkatkan terhadap kecintaannya terhadap musisi Bali,” pungkasnya. (made dwija putra/radar bali)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/