27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 0:09 AM WIB

Atasi Banjir, Wali Kota Denpasar Aktifkan Kembali Biopori

DENPASAR –  Banjir dan genangan muncul di sejumlah tempat di Gianyar.  Di SDN 11 Padangsambian, Denpasar Barat, kembali terendam banjir.

Sebelumnya   pada 8 Oktober 2022 lalu air  setinggi leher orang dewasa, dan  banjir kedua  kemarin (18/10)  tingginya air sekitar dada orang dewasa.
Delapan  ruangan terendam banjir, yang empat di antaranya merupakan ruang kelas. Empat ruangan lagi adalah gudang dan aula. Banjir tidak dapat dihindari  pasalnya sekolah dikelilingi oleh sungai  dan pemukiman penduduk yang padat di sekitar sekolah.

Diwawancarai salah seorang guru, Ni Made Puspawati menuturkan selama  28 tahun menjadi guru  pertama kali terjadi  banjir  sekitar  2015-an.

Banjir terparah terjadi tahun 2018 lalu hingga setinggi orang dewasa dan menghanyutkan kursi-kursi siswa. Penyebab banjir dikarenakan alur sungai mengecil  dan lahan kiat menyempit. Tidak seperti dulu penduduk belum banyak sehingga tidak ada pemukiman di pinggir sungai.

“Dulu tidak ada karena alur sungai lebar dan masih ada tegalan sehingga air ke sana. Sekarang dengan sesaknya pemukiman di pinggir sungai air tak bisa ke mana sehingga masuk ke sekolah dan beberapa rumah warga juga terendam,” kata Puspawati saat ditemui kemarin (19/10)

Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara pun mengaku agak sedikit sulit menangani kawasan ini. Hal tersebut ia sampaikan saat melakukan peninjauan ke SDN 11 Padangsambian. Kesulitan dikarenakan sekolah dikelilingi sungai. Selain bangunan sekolah lebih rendah sehingga jadi penampungan.

“Kondisi sekolah yang dikelilingi sungai seperti ular, dan kedua ada pertemuan dua alur sungai di sini. Selain itu, kondisi sekolahnya lebih rendah sehingga jadi penampungan air,” katanya.

Untuk sementara ini dalam waktu  jangka pendek akan  memaksimalkan alur sungai dengan melakukan pengerukan. Selain itu, juga akan dilakukan pembuatan biopori atau pun sumur resapan dalam ukuran besar untuk peresapan air.

” Jika melakukan  penembokan lebih tinggi juga, tapi yang jadi masalah air juga tinggi masuk lewat pintu sekolah, jadi kalau tembok ditinggikan malah air akan menggenang di halaman sekolah,”  ucapnya.

Ada juga opsi untuk meninggikan halaman sekolah, namun yang akan berdampak rumah warga sekitar. Jaya Negara  tidak ingin rumah penduduk sekitar  berdampak jika banjir terjadi lagi.
Sementara itu, Kabid Pendidikan SD Dinas Pendidikan Kota Denpasar, I Nyoman Suriawan mengatakan beberapa sekolah yang rawan kebanjiran di Denpasar adalah sekolah yang berada dekat dengan sungai.

Beberapa sekolah yang rawan banjir yakni SDN 21 Dauh Puri, SDN 6 Panjer, SDN 3 Panjer, SDN 11 Padangsambian, serta SDN 21 Pemecutan.“Yang rawan itu sekolah-sekolah yang menyanding sungai,” katanya.  (ni kadek novi febriani/radar bali) 

 

DENPASAR –  Banjir dan genangan muncul di sejumlah tempat di Gianyar.  Di SDN 11 Padangsambian, Denpasar Barat, kembali terendam banjir.

Sebelumnya   pada 8 Oktober 2022 lalu air  setinggi leher orang dewasa, dan  banjir kedua  kemarin (18/10)  tingginya air sekitar dada orang dewasa.
Delapan  ruangan terendam banjir, yang empat di antaranya merupakan ruang kelas. Empat ruangan lagi adalah gudang dan aula. Banjir tidak dapat dihindari  pasalnya sekolah dikelilingi oleh sungai  dan pemukiman penduduk yang padat di sekitar sekolah.

Diwawancarai salah seorang guru, Ni Made Puspawati menuturkan selama  28 tahun menjadi guru  pertama kali terjadi  banjir  sekitar  2015-an.

Banjir terparah terjadi tahun 2018 lalu hingga setinggi orang dewasa dan menghanyutkan kursi-kursi siswa. Penyebab banjir dikarenakan alur sungai mengecil  dan lahan kiat menyempit. Tidak seperti dulu penduduk belum banyak sehingga tidak ada pemukiman di pinggir sungai.

“Dulu tidak ada karena alur sungai lebar dan masih ada tegalan sehingga air ke sana. Sekarang dengan sesaknya pemukiman di pinggir sungai air tak bisa ke mana sehingga masuk ke sekolah dan beberapa rumah warga juga terendam,” kata Puspawati saat ditemui kemarin (19/10)

Wali Kota Denpasar IGN Jaya Negara pun mengaku agak sedikit sulit menangani kawasan ini. Hal tersebut ia sampaikan saat melakukan peninjauan ke SDN 11 Padangsambian. Kesulitan dikarenakan sekolah dikelilingi sungai. Selain bangunan sekolah lebih rendah sehingga jadi penampungan.

“Kondisi sekolah yang dikelilingi sungai seperti ular, dan kedua ada pertemuan dua alur sungai di sini. Selain itu, kondisi sekolahnya lebih rendah sehingga jadi penampungan air,” katanya.

Untuk sementara ini dalam waktu  jangka pendek akan  memaksimalkan alur sungai dengan melakukan pengerukan. Selain itu, juga akan dilakukan pembuatan biopori atau pun sumur resapan dalam ukuran besar untuk peresapan air.

” Jika melakukan  penembokan lebih tinggi juga, tapi yang jadi masalah air juga tinggi masuk lewat pintu sekolah, jadi kalau tembok ditinggikan malah air akan menggenang di halaman sekolah,”  ucapnya.

Ada juga opsi untuk meninggikan halaman sekolah, namun yang akan berdampak rumah warga sekitar. Jaya Negara  tidak ingin rumah penduduk sekitar  berdampak jika banjir terjadi lagi.
Sementara itu, Kabid Pendidikan SD Dinas Pendidikan Kota Denpasar, I Nyoman Suriawan mengatakan beberapa sekolah yang rawan kebanjiran di Denpasar adalah sekolah yang berada dekat dengan sungai.

Beberapa sekolah yang rawan banjir yakni SDN 21 Dauh Puri, SDN 6 Panjer, SDN 3 Panjer, SDN 11 Padangsambian, serta SDN 21 Pemecutan.“Yang rawan itu sekolah-sekolah yang menyanding sungai,” katanya.  (ni kadek novi febriani/radar bali) 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/