Masyarakat di Desa Telagatawang dan Desa Talibeng Kecamatan Sidemen akhirnya menyelesaikan pembuatan jembatan darurat yang dibangun selama tiga hari. Pembuatan jembatan tersebut pun membuat warga sumringah karena sudah bisa dilalui sepeda motor.
Zulfika Rahman, Karangasem
JUMAT (28/10) lalu, pembangunan jembatan darurat yang digagas masyarakat Telagatawang dan Desa Talibeng akhirnya bisa dilalui kendaraan bermotor, khususnya roda dua. Pembangunan jembatan darurat tersebut dilakukan karena akses jembatan menjadi hal yang sangat penting. Terutama tiga banjar. Kebung, Kebung Kauh dan Celetiga. “Astungkara pembangunan jembatan darurat sudah selesai hari ini (kemarin),” ujar Perbekel Desa Telaga Tawang I Komang Muja Arsana dikonfirmasi Minggu (30/10).
Pembangunan jembatan tersebut dilakukan secara gotong royong melibatkan ratusan orang. Tak hanya dari tiga banjar, bantuan juga datang dari beberapa banjar lain yang merasa peduli terhadap pentingnya jembatan tersebut sebagai akses penghubung.
Jembatan ini sendiri menghubungkan tiga desa. Telaga Tawang, Talibeng dan Tri Eka Buana. “Memang sangat vital jembatan ini bagi masyarakat. Untuk kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Jadi masyarakat sangat membutuhkan,” tuturnya.
Rencana pembangunan jembatan darurat sendiri digagas setelah jembatan tersebut putus akibat diterjang banjir beberapa waktu lalu. Selanjutnya, Muja Arsana pun mengumpulkan sejumlah tokoh masyarakat, dan juga pemangku kebijakan untuk membuat jembatan darurat. Ide tersebut disambut baik. Rancangan jembatan pun lahir secara spontan. “Karena perbaikan baru bisa dilakukan tahun depan. Untuk sementara kami gunakan darurat dulu,” paparnya.
Pendanaan pun dilakukan secara swadaya. Iuran sukarela dari warga akhirnya dinyatakan cukup untuk membangun jembatan darurat. Di hari pertama pembangunan, melibatkan ratusan warga. Mereka bergotong royong mengangkut batang pohon kelapa sebagai alas jembatan sepanjang 10 meter itu. Selain itu, balok kayu berukuran besar pun dibuat sebagai tiang penyangga, dan menggunakan anyaman bambu. “Selama tiga hari pembangunan akhirnya selesai. Saat ini masyarakat sudah bisa menggunakan. Meski hanya dilewati sepeda motor,” kata Muja Arsana.
Selama pembangunan, ada sejumlah kesulitan yang ditemui. Dari dasar permukaan tanah, jembatan tersebut cukup tinggi. Mencapai 10 meter. Sehingga menyulitkan masyarakat saat akan memasang tiang penyangga. Selain itu tanah di sekitar jembatan tersebut juga masih labil. “Makanya kami tidak memasang dari bawah. Karena tanah labil. Pemasangan tiang penyangga dari atas ketika menyentuh tanah kami paku,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya juga mengimbau agar masyarakat yang melintas bisa tetap waspada dan berhati-hati. Pihaknya berharap, pemerintah bisa melakukan perbaikan secepatnya untuk membangun jembatan permanen. “Namanya jembatan darurat pasti tingkat kekuatannya beda. Makanya kami imbau hati-hati. Sepeda motor yang melintas bisa bergantian,” tandasnya.
Sementara itu, Kabid Bina Marga PUPR Perkim Karangasem, I Wayan Surat Jaya mengatakan, perbaikan jembatan penghubung Banjar Banyu Campah-Kebung sudah diusulkan ke Provinsi. “Sudah kami usulkan ke Provinsi melalui dana BKK,” ujarnya.
Estimasi biaya mencapai Rp 1,2 miliar, pihaknya berharap, tahun awal tahun 2023, perbaikan jembatan permanen bisa dilakukan. (*)