32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 15:24 PM WIB

Dibangun Ratusan Tahun, Renovasi Kori Pura Langon Terakhir Tahun 1917

GIANYAR – Kori atau pintu gerbang di Pura Langon di Banjar Pasdalem Kelurahan Gianyar, ambruk hingga menimpa Bale Patok berukuran 3×3 meter di dalam areal pura.

Sebelum ambruk, pengempon berencana merenovasi pura. Bahkan, wacana renovasi muncul selama lama. Namun, hingga awal tahun 2018 ini tak kunjung ada perbaikan.

“Informasinya memang akan ada renovasi, tapi saya sendiri tidak tahu kapan pastinya. Karena dari pihak puri yang menangani itu,” ujar pemangku pura, Dewa Mangku Langon.

Menurut Dewa Mangku Langon, kondisi bangunan Pura secara umum memang memprihatinkan. Terutama bagian tembok penyengker yang mulai bergelombang.

“Bahan perekatnya masih tanah polpolan. Di sebelah timur pura, parasnya sudah mulai berjatuhan,” jelasnya.

Kori di pura ini sebelumnya sempat roboh pada 1917 silam. “Waktu itu terjadi gempa besar. Semua bangunan roboh rata dengan tanah. Dan setelah itu, pura direhab total,” ujarnya.

Semenjak tahun 1917 tidak ada renovasi total. Hanya servis bagian-bagian yang mengalami kerusakan kecil.

Mengenai sejarah pura itu, berkaitan erat dengan Puri Agung Gianyar. Berdasar cerita orang tua, pura Langon ini semula seperti Pura Ibu (Paibon).

“Hanya yang telah dinobatkan sebagai raja saja yang melinggih (berstana) di Pura ini,” jelasnya. Hal itu dapat dilihat dari jumlah pelinggih utama yang ada dalam Pura, yakni berjumlah 6 palinggih.

Di Gianyar sendiri, hingga 22 Desember 1896 telah dinobatkan sebanyak 8 raja. Raja terakhir bernama Dewa Gde Raka (Dewa Manggis VIII).

“Dalam pura ini berstana raja Gianyar ke 2,3,4,5,7, dan 8. Sedangkan Raja Gianyar Pertama dan Raja ke 6 berstana di Pura Penataran Agung Beng,” tukasnya. 

GIANYAR – Kori atau pintu gerbang di Pura Langon di Banjar Pasdalem Kelurahan Gianyar, ambruk hingga menimpa Bale Patok berukuran 3×3 meter di dalam areal pura.

Sebelum ambruk, pengempon berencana merenovasi pura. Bahkan, wacana renovasi muncul selama lama. Namun, hingga awal tahun 2018 ini tak kunjung ada perbaikan.

“Informasinya memang akan ada renovasi, tapi saya sendiri tidak tahu kapan pastinya. Karena dari pihak puri yang menangani itu,” ujar pemangku pura, Dewa Mangku Langon.

Menurut Dewa Mangku Langon, kondisi bangunan Pura secara umum memang memprihatinkan. Terutama bagian tembok penyengker yang mulai bergelombang.

“Bahan perekatnya masih tanah polpolan. Di sebelah timur pura, parasnya sudah mulai berjatuhan,” jelasnya.

Kori di pura ini sebelumnya sempat roboh pada 1917 silam. “Waktu itu terjadi gempa besar. Semua bangunan roboh rata dengan tanah. Dan setelah itu, pura direhab total,” ujarnya.

Semenjak tahun 1917 tidak ada renovasi total. Hanya servis bagian-bagian yang mengalami kerusakan kecil.

Mengenai sejarah pura itu, berkaitan erat dengan Puri Agung Gianyar. Berdasar cerita orang tua, pura Langon ini semula seperti Pura Ibu (Paibon).

“Hanya yang telah dinobatkan sebagai raja saja yang melinggih (berstana) di Pura ini,” jelasnya. Hal itu dapat dilihat dari jumlah pelinggih utama yang ada dalam Pura, yakni berjumlah 6 palinggih.

Di Gianyar sendiri, hingga 22 Desember 1896 telah dinobatkan sebanyak 8 raja. Raja terakhir bernama Dewa Gde Raka (Dewa Manggis VIII).

“Dalam pura ini berstana raja Gianyar ke 2,3,4,5,7, dan 8. Sedangkan Raja Gianyar Pertama dan Raja ke 6 berstana di Pura Penataran Agung Beng,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/