AMLAPURA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bekerja sama dengan Aeroterrascan akhirnya berhasil menerbangkan drone dari lapangan Kecamatan Selat.
Sebelum sukses menerbangkan drone, misi drone sudah dilakukan sejak dua hari lalu, namun baru kemarin berhasil terbang mendekati kawah Gunung Agung.
Penerbangan dilakukan pukul 09.30 dengan lama misi penerbangan 38 menit. Drone berhasil mencapai puncak dan kawah Gunung Agung dan mengambil video kawah.
Drone juga sempat masuk sampai sepertiga kawah. “Kami hanya berani masuk sampai sepertiga kawah,” ujar Seno Sahisnu dari Principal Development Engineer, Aeroterrascan, Bandung.
Menurutnya, kalau masuk sampai setengah, pihaknya tidak berani mengambil risiko karena akan membahayakan pesawat.
Drone sempat berputar – putar hingga empat kali mengelilingi kawah Gunung Agung. Sementara menurut Ugan Saing, staf Kimia PVMBG , penerbangan pertama drone membawa tiga sensor gas.
Yakni gas Co2, H2O, dan juga S02. Dari hasil sampel yang diambil drone didapat bahwa ada penurunan konsentrasi untuk gas Co2 dibanding dengan kandungan pada 18 Desember lalu.
Catatan kemarin, ada gas Co2 sebesar 25 VVMV di udara dengan ketinggian sekitar 3.300 meter. “Artinya kandungan gas ini di udara di atas puncak,” ujar Ugan.
Dibandingkan dengan 18 Desember lalu, diakui mengalami penurunan. Sedangkan untuk gas H20 malah dalam kondisi normal tidak ada konsentrasi gas H20 dari kawah.
“Kalau di udara gas H02 tetap ada namun yang dari kawah tidak ada,” ujarnya. Perkembangan Gunung Agung kemarin masih tetap ada embusan asap yang keluar dari kawah.
Penurunan yang dimaksud bukan berarti normal. Sebab dari penurunan ini juga konsentrasi gas berbahaya masih cukup tinggi di puncak.
Ditanya apakah pengukuran ini sebagai bahan evaluasi penurunan status Gunung Agung, Ugan langsung membantah.
Yang jelas pantauan tersebut dilakukan secara rutin sebulan sekali untuk melihat perkembangan kandungan gas di puncak gunung. “Ini pengukuran rutin, bukan untuk evaluasi status Gunung Agung,” ujarnya.