DENPASAR – General Manager PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa mengatakan, ada beberapa solusi untuk menambah cadangan listrik Bali.
Pertama, yang paling memungkinkan adalah membangun proyek JB Cross ini. Namun, jika ditolak, dalam kondisi terpaksa, misalnya, PLN akan membangun jaringan kabel laut.
Jaringan kabel bawah laut lebih efisien ketimbang membangun pembangun termal. Hanya saja, biaya yang dibutuhkan lima kali lipat ketimbang proyek JB Cross.
Pasalnya, untuk membangun jaringan kabel laut dengan saluran 500 KV ini harus membangun terowongan. “Selain itu rawan terkena arus laut juga,” kata Joni – sapaan akrab Suwarjoni Astawa kemarin.
Sementara untuk membuat Energi Baru Terbarukan (EBT), kata dia, sangat memungkinkan. EBT paling besar disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Ada rencana Aquo untuk membangun PLTS di Jembrana dan Bangli dengan masing-masing daya 50 MW.
Namun, jika transmisi tidak ditambah, maka PLTS ini hanya mampu menjual listriknya masing-masing 25 MW saja.
“Kalau memanfaatkan air dari irigasi, daya dihasilkan tidak sampai 50 MW, karena tetap peruntukannya untuk irigasi yang utama,” bebernya.
“ Kami tetap akan ajukan berbagai solusi, dan dampak dan manfaatnya,” papar pria asal Buleleng ini. PLTS yang menggunakan baterai untuk menyimpan daya, biaya yang dikeluarkan sangat mahal saat ini.
Meski dalam lima tahun ke depan alat tersebut akan murah, PLN tetap membutuhkan pasokan listrik dalam 3-4 tahun ke depan.
“Kalau tanpa baterai, kalau ada awan dayanya hilang. Disamping adanya transmisi transfer daya dari Jawa Bali, justru pengembangan EBT ini akan berlangsung. Kami tetap akan menyerap,” bebernya.