DENPASAR – Prahara politik di tubuh PDI Perjuangan (PDIP) akibat sikap AA Oka Ratmadi alias Cok Rat yang ngotot mendukung paket Mantra – Kerta, tidak ditanggapi paket Wayan Koster – Cok Ace (Koster – Ace).
Kader dan petinggi PDIP Bali kompak tidak mau komentar. Sebaliknya, paket yang diusung PDIP, Hanura, PKB, PAN, PKPI dan PPP itu justru memilih menggelar
simakrama alias pertemuan dengan para rohaniawan seperti para sulinggih di Wantilan Pura Samuan Tiga, Gianyar.
Selain menemui para sulinggih, Koster juga mengundang majelis desa pekraman, akademisi, seniman dan budayawan, organisasi kepemudaan dan kemasyarakatan lainnya.
“Kami bertemu dengan para sulinggih, akademisi, budayawan dan lainnya untuk meminta masukan dalam menyempurnakan visi dan misi kami,” ujar Ketua Tim Pemenangan Wayan Koster-Ace Provinsi Bali, I Nyoman Giri Prasta, kemarin.
Politikus asal Desa Pelaga, Badung itu menyebut masukan, saran dan pertimbangan dari komponen masyarakat sesuai dengan kapasitasnya sangat dibutuhkan dalam membangun dan mesejahterakan masayarakat Bali ke depan.
Ditambahkan, Koster – Ace ingin membangun Bali kedepan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Simakrama ini didasarkan atas keinginan pasangan Wayan Koster-Ace membangun Bali ke depan dengan memperhatikan aspirasi dari seluruh komponen masyarakat Bali.
Adapun visi nangun sat kerthi loka Bali dilaksanakan melalui sistem pola pembangunan semesta berencana.
Nangun sat kerthi loka Bali mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia.
“Program tersebut sekaligus sesuai dengan prinsip Trisakti Bung Karno, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” paparnya.
Dilanjutkan, jalan itu ditempuh melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah, dan terintegrasi di wilayah Bali dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasangan Wayan Koster-Ace akan memprioritaskan pembangunan Bali berlandaskan pada tatanan kehiduan adat istiadat, agama, tradisi, seni dan budaya dengan memperkuat kedudukan dan fungsi serta kewenangan desa adat.
Desa adat akan diperkuat dengan membentuk Perda yang baru untuk mengimbangi perkembangan yang sifatnya global yang berpotensi menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat Bali.
Simakrama dimulai sekitar pukul 09.00 ini diperkiraan dihadiri undangan mencapai 1.500 orang.