DENPASAR – Tingginya harga lahan di Bali membuat kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat (backlog) cukup tinggi.
Berdasar informasi yang diterima REI Bali dari hasil Lembaga Survey Indonesia (LSI) di tahun 2016, backlog untuk perumahan di Bali mencapai 300 ribu unit.
“Itu sangat besar sekali masyarakat yang tidak memiliki rumah. Mereka punya tempat tinggal tapi bukan milik sendiri, melainkan kos, kontrak dan tinggal bersama orang tua,” kata Ketua DPD REI Bali Pande Agus Permana Widura.
Karena itu, pihaknya akan berusaha mencari solusi, salah satunya dengan membangun hunian vertikal di wilayah Badung dan Denpasar.
Mengingat dua daerah ini harga lahan atau rumah yang sangat tinggi. Dengan harga yang sangat tinggi, masyarakat yang berpenghasilan di bawah Rp 5 juta tidak bisa menjangkau.
“Dibutuhkan kajian dari zonasi agar tidak merusak adat dan buadaya Bali,” tegasnya.