NEGARA – Syahri, 66, korban penebasan keponakan IB Putu Sandi Putra, 42, masih tergolek lemah di RS Negara. Korban masih perlu mendapat perawatan akibat luka tebasan yang dialaminya.
Menurut keterangan korban, peristiwa tersebut terjadi saat dia akan pulang dari warung nasi tempatnya berjualan di Pasar Tegal Cangkring.
Korban mengendarai motor DK 6360 WW dengan gerobak kosong di belakang. Dalam perjalanan, korban yang berkendara ke arah utara, berpapasan dengan korban yang datang dari arah utara.
“Tiba-tiba nyabet pakai celurit, saya langsung jatuh dari motor,” kata Syahri, yang masih terbaring di Sal D RSU Negara.
Sabetan pertama mengenai dagu sebelah kiri korban dengan panjang sayatan panjang, dari pipi bagian bawah hingga bibir bagian tengah.
Sabetan kedua mengenai lengan kanan korban. Setelah sabetan kedua itu, korban sudah tidak sadar sehingga tidak mengetahui pasti sabetan yang diarahkan pada tubuh korban.
“Setelah sabetan kedua itu saya lupa,” ungkapnya. Ditanya mengenai motif penganiayaan tersebut, korban tidak memungkiri ada masalah dengan korban.
Tetapi hanya masalah keluarga, karena korban dan pelaku masih kelaurga. Istri korban masih saudara kandung dengan ibu pelaku, jadi pelaku masih keponakan korban.
Sayangnya, korban enggan menjelaskan masalah keluarga yang dimaksud. “Pokoknya ada masalah keluarga,” ungkapnya.
Karena masalah keluarga yang terjadi pada bulan Desember 2017 lalu itu, korban sebenarnya sudah diperingatkan oleh salah satu keluarganya agar tidak keluar sendiri.
Pasalnya, pelaku masih menyimpan dendam kepada korban. Namun korban merasa masalah sudah diselesaikan secara kekeluargaan, sehingga merasa tidak akan terjadi apa-apa.
Namun kenyataannya, pelaku membacok korban di jalan. Menurut salah satu kerabat korban, diduga pembacokan tersebut dipicu kecurigaan pelaku bahwa telah terjadi perselingkuhan antara korban dan istri pelaku, Ni Wayan Merta Nadi.
Selama ini, istri pelaku bekerja di warung makan milik korban. “Memang ada masalah sebelumnya, istri pelaku diduga selingkung dengan korban ini,” ujar kerabat korban.
Beberapa hari sebelum terjadi penganiayaan, korban sempat dipukul oleh pelaku. Karena tidak ingin mempermasalahkan dan pelaku masih keponakan, korban enggan memperpanjang dan enggan melapor ke polisi.
Dugaan perselingkuhan ini juga diakui oleh pelaku yang menyerahkan diri ke polisi setelah melakukan pembacokan.
Pelaku mengaku emosi melihat korban, bahkan setiap bertemu korban selalu ada dendam yang membuncah.
Hingga kesempatan melakukan penganiayaan dilakukan saat pelaku akan mencari daun bertemu korban di jalan. “Saya emosi,” ujarnya.
Menurut pelaku, motif penganiayaan yang dilakukan karena cemburu dengan perselingkuhan yang dilakukan korban dengan istrinya.
Pelaku sudah menanyakan langsung pada korban dan istrinya, keduanya mengakui selingkuh. Sejak saat itu, pelaku selalu memendam benci pada korban dan selalu muncul niat melampiaskan pada korban.