SUMBERKLAMPOK – Populasi burung Jalak Bali, terus mengalami peningkatan. Upaya penangkaran yang melibatkan warga di Desa Sumberklampok, berhasil mengerek jumlah populasi satwa yang dilindungi itu.
Kini warga melalui Kelompok Manuk Jegeg, terus menangkarkan Jalak Bali, dengan harapan populasinya terus bertambah.
Tak diketahui secara pasti berapa banyak jumlah Jalak Bali yang berada di alam bebas. Sejauh ini, penangkar di Kelompok Manuk Jegeg, Desa Sumberklampok disebut telah menghasilkan 90 ekor anakan Jalak Bali.
Puluhan ekor anakan itu, berasal dari 15 ekor induk yang dipinjamkan Asosiasi Pecinta Curik Bali (APCB) Bogor pada 2011 lalu.
Sekretaris Kelompok Manuk Jegeg, Ismoyo Ismo menuturkan, populasi Jalak Bali di penangkar kini memang semakin banyak.
Sejak mendapat izin penangkaran dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali pada 2011 lalu, warga Sumberklampok terus berupaya melestarikan satwa dilindungi itu.
Menurut Ismo tak sulit memelihara Jalak Bali. Mirip dengan memelihara burung pada umumnya. Pakannya pun sama seperti burung lain.
Entah itu pakan produk pabrik, jangkrik, ulat hongkong, telur semangah, maupun pisang. “Bedanya kalau Jalak Bali ini harus bersih.
Jalak itu burung yang suka bersih. Jadi harus rajin bersihkan kandang,” kata Ismo saat ditemui di rumahnya.
Dalam setahun sepasang Jalak Bali bisa bertelur hingga delapan kali. Sekali bertelur, biasanya ada empat butir telur yang dihasilkan.
Dalam proses pengeraman, tak semua telur berhasil menetas. Sejauh ini penangkar hanya berhasil menetaskan maksimal dua butir telur.
Begitu telur menetas, penangkar harus segera menyelamatkan anakan. Pasalnya induk Jalak Bali jarang memelihara anaknya dengan telaten.
“Jadi untuk meningkatkan peluang hidup, ya kita suapin. Itu prosesnya satu sampai dua minggu. Setelah itu sudah bisa makan sendiri,” imbuhnya.