RadarBali.com – Sebanyak sembilan desa di Kabupaten Buleleng terancam krisis air bersih pada musim kemarau ini.
Desa-desa itu termasuk langganan mengalami paceklik air bersih. Penyebabnya, debit air semakin berkurang karena alih fungsi lahan, sementara jumlah pengguna air semakin hari semakin meningkat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, sudah melakukan inventarisasi desa-desa yang terancam mengalami krisis air.
Dari catatan BPBD Buleleng, sementara ada delapan desa yang potensial mengalami krisis air bersih.
Delapan desa itu adalah Desa Selat dan Desa Tegallinggah di Kecamatan Sukasada; Desa Lokapaksa, Desa Ularan, dan Desa Pangkung Paruk di Kecamatan Seririt; serta Desa Tembok, Desa Pacung, Desa Julah, dan Desa Sembiran di Kecamatan Tejakula.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng, Made Subur mengatakan, untuk sementara waktu kebutuhan air bersih di delapan desa itu relatif memadai.
Sejauh ini hanya Desa Tembok saja yang mengalami kesulitan air bersih, dan membutuhkan suplai air berkala dari pemerintah.
“Sejauh ini permintaan air baru dari Desa Tembok saja. Kalau tujuh desa lainnya, belum ada permintaan. Tapi tetap kami pantau. Begitu ada telpon permintaan air bersih, kami siap menyuplai,” kata Subur, Rabu (2/8).
Lebih lanjut Subur mengatakan, BPBD Buleleng sudah menyiagakan tiga unit mobil tangki untuk menyuplai air bersih secara berkala.
Selain itu PDAM Buleleng juga menyiagakan satu unit mobil tangki, yang siap membantu suplai air bersih.
“Sekarang ini satu unit stand by di kantor. Dua unit lagi sudah siap dibantu BPBD Bali. Begitu butuh, tinggal kontak, langsung siaga di Buleleng sampai krisis air bersihnya selesai,” tandas Subur.