DENPASAR – Gubernur Pastika menegaskan akan pentingnya Bandara Buleleng dibangun. Karena itu, pemerintah daerah terus berupaya mewujudkan proyek tersebut bisa berjalan.
Menurut Pastika, persoalan Bali yang paling belum bisa dipecahkan adalah ketimpangan antar wilayah dan antar sektor.
Antar wilayah misalnya antara Bali Selatan dan Bali Utara. Pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan, terangnya sangat timpang.
“Bali Selatan ini penuh oleh orang-orang dari Bali Utara yang cari makan di sini karena di sana (utara) tidak ada pekerjaan yang memadai untuk mereka,” ungkapnya.
Ketimpangan antar sektor jelas Pastika juga memicu persoalan serius. “Kita sangat berat ke sektor pariwisata, padahal harus ada keseimbangan dengan pertanian, industri, dan lain-lain.
Kita tidak seimbang. Kalau pariwisata mengalami gangguan, khususnya yang berkaitan dengan keamanan, bencana alam, maka pariwisata bisa jatuh,” urainya.
Selama 10 tahun memimpin Bali, Pastika mengaku belum mampu memberi jawaban atas persoalan tersebut.
“Kuncinya adalah infrastruktur. Gimana kita mau paksa orang ke Bali Utara kalau untuk ke sana butuh waktu tiga jam setengah? Males orang.
Imbasnya wisatawan menumpuk di selatan. Hotel dan fasilitas penunjang pariwisata dibangun di selatan semua. Jadi sangat penting kalau kita berbicara Bali secara keseluruhan,” tegasnya.
Disinggung soal PT BIBU yang mengklaim diri sudah mendapat rekomendasi dari Presiden Jokowi melalui Sekretaris Negara, Pastika menjawab belum ada.
“Rekomendasinya dari Menteri Perhubungan. Di mana-mana juga boleh saja, tapi kalau Menteri Perhubungan belum bikin ya belum namanya,” ungkapnya.
Pastika menegaskan belum ada surat dari Presiden kepada Menteri Perhubungan kepada terkait rencana pembangunan Bandara Bali Utara.
“Nggak ada. Yang ada surat dari saya kepada Bapak Menteri Perhubungan supaya cepat diputuskan. Jangan lama-lama.
Belum lagi sekarang adalah tahun politik. Digoreng kanan, goreng kiri, memangnya goreng pisang?,” selorohnya sambil tersenyum.