33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:53 PM WIB

Mimih…Giliran Pecalang Dicoret Karena Tak Satu Jalur

DENPASAR – Seorang pecalang Made Sutama asal Banjar Angas Sari Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dicoret karena tidak mendukung paslon Koster – Cok Ace.

Menurut Sutama, kejadian bermula ketika dia diajak rapat pecalang di tingkat banjar setempat. Dalam rapat tersebut, dirinya ditanya oleh pengurus lain apakah masih mau satu komando atau tidak.

Satu komando dimaksud adalah memilih satu jalur alias Koster-Ace. “Kalau masih mau satu komando, maka kita ajak. Kalau berbeda ya, berhenti dulu,” ujar Sutama menirukan ucapan pimpinan pecalang dalam rapat tersebut.

Karena tidak sepakat dengan ajakan tersebut, Sutama dicoret dari keanggotaan pecalang karena dianggap memilih Mantra-Kerta.

Usut punya usut ternyata Banjar Angasari, Desa Ungasan  memiliki kontrak politik dengan pasangan tertentu terkait bansos dan hibah.

Selain itu, Sutama masih berstatus sopir pribadi dari anggota DPRD Bali Wayan Disel Astawa yang dipecat PDIP dan memilih berjuang memenangkan Mantra-Kerta.

Sutama dicap mengikuti sang majikan memilih Mantra-Kerta dan hal tersebut diyakini akan menghambat bansos dan hibah yang sudah dijanjikan oleh Pemkab Badung.

Dengan kata lain, terang Suhana masyarakat dijanjikan bansos dan hibah akan cair bila mampu memenangkan Koster-Ace di banjarnya masing-masing.

Sebaliknya, bila kalah, maka hibah dan bansos seperti perbaikan pura,  wantilan, bale banjar, dan sebagainya tidak akan cair. 

DENPASAR – Seorang pecalang Made Sutama asal Banjar Angas Sari Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung dicoret karena tidak mendukung paslon Koster – Cok Ace.

Menurut Sutama, kejadian bermula ketika dia diajak rapat pecalang di tingkat banjar setempat. Dalam rapat tersebut, dirinya ditanya oleh pengurus lain apakah masih mau satu komando atau tidak.

Satu komando dimaksud adalah memilih satu jalur alias Koster-Ace. “Kalau masih mau satu komando, maka kita ajak. Kalau berbeda ya, berhenti dulu,” ujar Sutama menirukan ucapan pimpinan pecalang dalam rapat tersebut.

Karena tidak sepakat dengan ajakan tersebut, Sutama dicoret dari keanggotaan pecalang karena dianggap memilih Mantra-Kerta.

Usut punya usut ternyata Banjar Angasari, Desa Ungasan  memiliki kontrak politik dengan pasangan tertentu terkait bansos dan hibah.

Selain itu, Sutama masih berstatus sopir pribadi dari anggota DPRD Bali Wayan Disel Astawa yang dipecat PDIP dan memilih berjuang memenangkan Mantra-Kerta.

Sutama dicap mengikuti sang majikan memilih Mantra-Kerta dan hal tersebut diyakini akan menghambat bansos dan hibah yang sudah dijanjikan oleh Pemkab Badung.

Dengan kata lain, terang Suhana masyarakat dijanjikan bansos dan hibah akan cair bila mampu memenangkan Koster-Ace di banjarnya masing-masing.

Sebaliknya, bila kalah, maka hibah dan bansos seperti perbaikan pura,  wantilan, bale banjar, dan sebagainya tidak akan cair. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/