DENPASAR – Panggung Ksirarnawa kembali diramaikan dengan penampilan musisi lokal yang menghibur masyarakat Bali.
Pementasan dalam rangka Bali Mandara Nawanatya III 2018 ini, keempat kelompok seni menampilkan kekhasannya masing-masing dengan nuansa jazz.
Kelompok Smara Tantra yang jauh- jauh datang dari Solo menyuguhkan sajian pembuka. Persembahan apik bertajuk Eling Calung dengan tempo cepat sontak membuat para penonton terkesima.
Suguhan jazz yang kental pun kian terasa dengan masuknya instrumen jazz yang khas dengan nuansa gamelan Bali dari Sanggar Eka Mandala Putra, Karangasem yang masuk berkolaborasi dengan suguhan dari Smara Tantra, Solo.
Suara gamelan Bali memberi warna tersendiri di dalan kolabirasi tersebut. “Jazz fussion yang ritmis dan melodis dan dipadu gamelan Bali Musik Etnik,
semuanya unik dan seimbang,” papar I Nyoman Astita selaku pengamat seni sekaligus Ketua Studi Alat Musik Bali usai pertunjukan.
Terkesan indah dan harmoni. Astita menilai, meski terlihat purna, namun ada yang kurang dari suguhan ini. Yakni tidak adanya adanya penampilan vokalis khususnya soprano wanita.
Bali Musik Etnik mestinya bisa menambahkan vokal, sehingga memberikan warna lain yang lebih kuat.
“Tapi, saya tetap senang dengan adanya rangsangan dari musisi lokal, sehingga dapat menyajikan hiburan yang edukatif untuk masyarakat,” imbuhnya.
Made Brati, sesepuh Sanggar Eka Mandala Putra Karangasem, mengaku hanya memerlukan waktu 1 bulan untuk menyiapkan garapan ini.
“Kami sudah siap sejak sebulan lalu dan kami pun mencoba menggabungkan dengan musisi Solo dengan tujuan pengembangan budaya itu sendiri,” ujarnya.
Pria yang kini menginjak usia 58 tahun ini mengharapkan dengan adanya garapan ini mampu melahirkan penerus budaya khususnya dalam musik lokal itu sendiri.