33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:39 PM WIB

Ekspor Handicraft Tembus USD 200 Juta

RadarBali.com – John Hardy mengklaim menjadi eksportir handicraft (kerajinan tangan) terbesar sepanjang tahun.

Untuk meningkatkan penetrasi pasar, perusahaan yang berpusat di Banjar Baturning, Mambal, Badung, ini terus mengembangkan sayap dengan merambah lebih banyak pasar Asia dengan meningkatkan kerjasama dengan para pihak, terutama di kawasan Tiongkok.

Kerjasama kemitraan digagas lantaran penjualan handicraft di pasar Asia meningkat. CEO John Hardy, Robert Hanson, mengatakan, dalam satu tahun ekspor kerajinan perak untuk ritel dan eceran mencapai USD 200 juta.

Sementara nilai ekspor untuk wholesale (grosir) mencapai USD 100 juta. “Setengah dari itu ekspornya dari Bali. Karena untuk penyaluran barang yang diproduksi di sini dibawa dulu ke luar negeri. Nanti disana baru disalurkan ke berbagai negara,” ujar Robert Hanson di sela-sela acara penanaman bibit bambu, Jumat (4/8) kemarin.

Disinggung mengenai pangsa pasar terbesar untuk produk kerajinan yang mulai beroperasi sejak tahun 1975 ini, kata Robert, Amerika masih menjadi pangsa terbesar.

Setelah Amerika, pangsa besar kedua yakni Kepulauan Karibia, Kanada, dan ke empat kawasan Asia termasuk Indonesia.

“Dalam waktu dekat ini, kami akan lebih meningkatkan pasar di Amerika dan Tiongkok. Karena kami optimis akan ada hasil positif, berkaca dari peningkatan penjualan di beberapa negara lainnya,” bebernya.

Robert menambahkan, selama menjadi presiden dan CEO John Hardy sejak 2014 lalu, perkembangan bisnisnya terus mengalami peningkatan. Hingga saat ini, sudah naik hingga 9 persen.

“Sebelumnya, masih stabil,” klaimnya. Apakah ada kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku? Dia mengatakan, untuk bahan baku selalu terpenuhi.

Mengingat pihak John Hardy sendiri telah menjalin kemitraan dengan salah satu perusahaan dari luar negeri yang memang sudah memiliki sertifikasi mutu dari bahan yang digunakan.

“Karena kami memang menggunakan perak murni 100 persen,” kata Robert. Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali I Ketut Ardana mengatakan, keberadaan perusahaan ini cukup menyedot wisatawan ke Bali.

Di mana kunjungan wisatawan per tahun ke Jhon Hardy mencapai 10 ribu wisatawan mancanegara maupun domestik.

“Memang sangat perlu destinasi wisata seperti ini. Ini untuk kalangan menengah ke atas,” pungkasnya

RadarBali.com – John Hardy mengklaim menjadi eksportir handicraft (kerajinan tangan) terbesar sepanjang tahun.

Untuk meningkatkan penetrasi pasar, perusahaan yang berpusat di Banjar Baturning, Mambal, Badung, ini terus mengembangkan sayap dengan merambah lebih banyak pasar Asia dengan meningkatkan kerjasama dengan para pihak, terutama di kawasan Tiongkok.

Kerjasama kemitraan digagas lantaran penjualan handicraft di pasar Asia meningkat. CEO John Hardy, Robert Hanson, mengatakan, dalam satu tahun ekspor kerajinan perak untuk ritel dan eceran mencapai USD 200 juta.

Sementara nilai ekspor untuk wholesale (grosir) mencapai USD 100 juta. “Setengah dari itu ekspornya dari Bali. Karena untuk penyaluran barang yang diproduksi di sini dibawa dulu ke luar negeri. Nanti disana baru disalurkan ke berbagai negara,” ujar Robert Hanson di sela-sela acara penanaman bibit bambu, Jumat (4/8) kemarin.

Disinggung mengenai pangsa pasar terbesar untuk produk kerajinan yang mulai beroperasi sejak tahun 1975 ini, kata Robert, Amerika masih menjadi pangsa terbesar.

Setelah Amerika, pangsa besar kedua yakni Kepulauan Karibia, Kanada, dan ke empat kawasan Asia termasuk Indonesia.

“Dalam waktu dekat ini, kami akan lebih meningkatkan pasar di Amerika dan Tiongkok. Karena kami optimis akan ada hasil positif, berkaca dari peningkatan penjualan di beberapa negara lainnya,” bebernya.

Robert menambahkan, selama menjadi presiden dan CEO John Hardy sejak 2014 lalu, perkembangan bisnisnya terus mengalami peningkatan. Hingga saat ini, sudah naik hingga 9 persen.

“Sebelumnya, masih stabil,” klaimnya. Apakah ada kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku? Dia mengatakan, untuk bahan baku selalu terpenuhi.

Mengingat pihak John Hardy sendiri telah menjalin kemitraan dengan salah satu perusahaan dari luar negeri yang memang sudah memiliki sertifikasi mutu dari bahan yang digunakan.

“Karena kami memang menggunakan perak murni 100 persen,” kata Robert. Sementara itu, Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali I Ketut Ardana mengatakan, keberadaan perusahaan ini cukup menyedot wisatawan ke Bali.

Di mana kunjungan wisatawan per tahun ke Jhon Hardy mencapai 10 ribu wisatawan mancanegara maupun domestik.

“Memang sangat perlu destinasi wisata seperti ini. Ini untuk kalangan menengah ke atas,” pungkasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/