29.2 C
Jakarta
25 November 2024, 20:59 PM WIB

Artefak Bengkala Diidentifikasi, Artefak Tertua dari Dinasti Ming

RadarBali.com – Puluhan artefak sejarah di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, diidentifikasi Balai Arkeologi Denpasar, Sabtu (5/8) siang kemarin.

Identifikasi ini merupakan langkah awal, sebelum Balai Arkeologi memutuskan untuk melakukan penelitian lebih mendalam terkait artefak-artefak itu.

Artefak-artefak itu ditemukan di Pura Desa Bengkala. Puluhan artefak tersebut baru ditemukan setelah Desa Pakraman Bengkala melakukan pemugaran pada pura.

Meru pada jeroan pura dilakukan pemugaran sejak 26 Juni lalu. Saat itu prajuru menemukan ada banyak peninggalan sejarah yang disembunyikan di dalam meru.

Pada meru tumpang sia, prajuru menemukan bilah selonding yang disembunyikan diantara ijuk atap meru.

Sementara di meru tumpang solas, disembunyikan puluhan artefak keramik di dalam sebuah ruangan khusus. Ada pula beberapa tulup dan ujung tombak yang ditemukan di areal pura.

Meski ada di dalam areal pura, temuan itu baru diketahui tahun ini. Dulunya artefak-artefak itu tak pernah diketahui siapa pun.

“Tetua desa kami yang paling tua pun tidak pernah tahu atau mendengar cerita ada artefak yang disembunyikan di meru pura,” ujar Prajuru Desa Pakraman Bengkala, Ketut Darpa.

Desa pakraman kemudian mengundang Balai Arkeologi Denpasar untuk mengidentifikasi artefak itu. Identifikasi dilakukan di Pura Desa Pakraman Bengkala, siang kemarin.

Bukan hanya artefak yang baru ditemukan saja yang diidentifikasi, arca lingga yoni yang dikembalikan oleh Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Pusipda) Buleleng, Made Suyasa, juga diidentifikasi.

“Kami undang Balai Arkeologi, setidaknya biar kami tahu apa sih benda-benda ini. Setelah dapat informasi, kami teruskan ke warga. Kami buka seluas-luasnya pada warga agar diketahui, dan ini memang harus diketahui. Biar tidak lupa dengan sejarah desa,” imbuh Darpa.

Dari hasil identifikasi sementara, artefak yang paling tua adalah cawan keramik berwarna hijau telur asing dengan hiasan tanaman.

Artefak itu diyakini berasal dari Dinasti Ming pada abad ke-13 hingga abad ke-14. “Kalau keramik lainnya, termasuk teko, itu produk Eropa. Salah satunya yang bisa kami identifikasi, dari Belgia,” kata Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa.

Sementara untuk bilah selonding yang ditemukan, diyakini berasal dari masa Bali Kuna. Bilah itu pun diyakini bukan bilah yang biasa digunakan pada instrument gamelan selonding.

Melainkan bilah pendukung gamelan. Sementara arca lingga yoni yang baru dikembalikan juga diyakini sebagai sarana pemujaan.

“Dilihat dari ukurannya, sangat kecil peluangnya digunakan untuk menumbuk bahan. Kalau menumbuk bahan, perlu space yang lebih luas. Ini mengindikasikan arca ini bagian dari ritual,” jelasnya lagi.

Balai Arkeologi meyakini artefak-artefak yang ditemukan di Pura Desa Bengkala, adalah sarana untuk kegiatan-kegiatan sakral.

Arkeolog juga menyatakan barang-barang yang ada di pura, tak jauh beda dengan barang profan untuk kegiatan sehari-hari.

Lantaran ditemukan di pura, arkeolog pun meyakini bahwa barang-barang itu adalah barang sakral atau setidaknya penunjang kegiatan upacara.

RadarBali.com – Puluhan artefak sejarah di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, diidentifikasi Balai Arkeologi Denpasar, Sabtu (5/8) siang kemarin.

Identifikasi ini merupakan langkah awal, sebelum Balai Arkeologi memutuskan untuk melakukan penelitian lebih mendalam terkait artefak-artefak itu.

Artefak-artefak itu ditemukan di Pura Desa Bengkala. Puluhan artefak tersebut baru ditemukan setelah Desa Pakraman Bengkala melakukan pemugaran pada pura.

Meru pada jeroan pura dilakukan pemugaran sejak 26 Juni lalu. Saat itu prajuru menemukan ada banyak peninggalan sejarah yang disembunyikan di dalam meru.

Pada meru tumpang sia, prajuru menemukan bilah selonding yang disembunyikan diantara ijuk atap meru.

Sementara di meru tumpang solas, disembunyikan puluhan artefak keramik di dalam sebuah ruangan khusus. Ada pula beberapa tulup dan ujung tombak yang ditemukan di areal pura.

Meski ada di dalam areal pura, temuan itu baru diketahui tahun ini. Dulunya artefak-artefak itu tak pernah diketahui siapa pun.

“Tetua desa kami yang paling tua pun tidak pernah tahu atau mendengar cerita ada artefak yang disembunyikan di meru pura,” ujar Prajuru Desa Pakraman Bengkala, Ketut Darpa.

Desa pakraman kemudian mengundang Balai Arkeologi Denpasar untuk mengidentifikasi artefak itu. Identifikasi dilakukan di Pura Desa Pakraman Bengkala, siang kemarin.

Bukan hanya artefak yang baru ditemukan saja yang diidentifikasi, arca lingga yoni yang dikembalikan oleh Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Pusipda) Buleleng, Made Suyasa, juga diidentifikasi.

“Kami undang Balai Arkeologi, setidaknya biar kami tahu apa sih benda-benda ini. Setelah dapat informasi, kami teruskan ke warga. Kami buka seluas-luasnya pada warga agar diketahui, dan ini memang harus diketahui. Biar tidak lupa dengan sejarah desa,” imbuh Darpa.

Dari hasil identifikasi sementara, artefak yang paling tua adalah cawan keramik berwarna hijau telur asing dengan hiasan tanaman.

Artefak itu diyakini berasal dari Dinasti Ming pada abad ke-13 hingga abad ke-14. “Kalau keramik lainnya, termasuk teko, itu produk Eropa. Salah satunya yang bisa kami identifikasi, dari Belgia,” kata Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa.

Sementara untuk bilah selonding yang ditemukan, diyakini berasal dari masa Bali Kuna. Bilah itu pun diyakini bukan bilah yang biasa digunakan pada instrument gamelan selonding.

Melainkan bilah pendukung gamelan. Sementara arca lingga yoni yang baru dikembalikan juga diyakini sebagai sarana pemujaan.

“Dilihat dari ukurannya, sangat kecil peluangnya digunakan untuk menumbuk bahan. Kalau menumbuk bahan, perlu space yang lebih luas. Ini mengindikasikan arca ini bagian dari ritual,” jelasnya lagi.

Balai Arkeologi meyakini artefak-artefak yang ditemukan di Pura Desa Bengkala, adalah sarana untuk kegiatan-kegiatan sakral.

Arkeolog juga menyatakan barang-barang yang ada di pura, tak jauh beda dengan barang profan untuk kegiatan sehari-hari.

Lantaran ditemukan di pura, arkeolog pun meyakini bahwa barang-barang itu adalah barang sakral atau setidaknya penunjang kegiatan upacara.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/