LOVINA – Dinas Kesehatan Bali terus menggenjot kesadaran masyarakat dalam hal penggunaan obat-obatan medis.
Terlebih selama ini banyak masyarakat yang belum paham dengan perlakuan obat. Baik itu dalam hal perolehan, konsumsi, hingga penyimpanan.
Dari hasil survei penelitian kesehatan dasar masyarakat yang digelar Kementrian Kesehatan (Kemenkes), sebanyak 37,5 persen masyarakat belum mengerti tentang mekanisme penggunaan obat yang benar.
Masyarakat pun kini didukung lebih cerdas lagi dalam penggunaan obat-obatan medis. Kini Dinkes Bali menggulirkan program Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat).
Khusus di Kabupaten Buleleng, gerakan itu mulai digulirkan Jumat (23/3) lalu, melalui program yang sosialisasi yang melibatkan asosiasi profesi, praktisi kesehatan, serta stake holder lainnya.
Melalui sosialisasi ini, masyarakat diharapkan lebih aware lagi dalam pemanfaatan serta penggunaan obat-obatan.
Pencananganan Gema Cermat itu dilakukan oleh Staf Ahli Pemkab Buleleng Dewa Ketut Manuaba yang mewakili Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS).
Selain itu, sosialsiasi juga dihadiri Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali dr. I Ketut Suarjaya didampingi Kepala Bidang (Kabid) Sumberdaya Kesehatan (SDK) I Wayan Windia, S.KM, M.Kes.
Staf Ahli Pemkab Buleleng Dewa Ketut Manuaba menjelaskan, sosialisasi dan pencananganan Gema Cermat itu sangat tepat digulirkan ke daerah.
Terlebih banyak masyarakat yang masih belum paham dengan mekanisme penggunaan dan penyimpanan obat yang benar. Bahkan banyak masyarakat yang gagal menyembuhkan penyakit, akibat pemanfaatan obat yang tidak tepat.
“Kami menyambut baik dan mendukung kalau program ini berkelanjutan. Karena di masyarakat sering kita temukan bukan sehat setelah minum obat, namun sakitnya gagal disembuhkan.
Tentu ini kita tidak inginkan dan Gema Cermat ini akan mengedukasi warga di lapisan terbawah kita untuk memahami tentang pemakaian obat yang benar,” kata Manuaba.
Ia berharap masyarakat bisa mengerti tentang dosis obat, efek samping, dan jenis obat yang memang legal.
Selain itu para peserta juga diharapkan bisa mensosialisasikan hasil pelatihan tersebut, sehingga masyarakat lebih paham lagi dengan mekanisme pemanfaatan dan penyimpanan obat.
Sementara itu, Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Bali, I Wayan Windia mengungkapkan, Kabupaten Buleleng sengaja dipilih sebagai lokasi sosialisasi.
Pertimbangannya, luas wilayah Buleleng sangat luas dan memiliki jumlah penduduk paling banyak di Buleleng. Melalui sosialisasi itu, Windia ingin mengajak masyarakat berperan serta menggunakan obat secara benar.
“Dengan banyaknya masyarakat yang mendengar materi yang kami sampaikan, kami harap mereka akan jadi penyambung lidah kami di masyarakat. Ini baru tahap awal.
Kami harap kedepannya, sosialisasi serupa akan terus dilanjutkan melalui dana APBD provinsi dan kabupaten, selain ditunjung dari dana dekonstruksi,” kata Windia.
Windia juga menghimbau masyarakat lebih hati-hati dalam pemenuhan kebutuhan obat-obatan medis.
Sebab, selama ini Dinkes Bali menemukan banyak masyarakat yang awam dengan proses perolahan obat, konsumsi obat, hingga penyimpanan obat.
“Kami harap masyarakat sadar kalau cari obat itu di tempat standar, baik itu di apotek maupun di puskesmas. Untuk menghindari kekeliruan konsumsi obat,” tandas Windia.