DENPASAR – IMF – World Bank meeting pada Oktober mendatang menjadi even penting bagi Indonesia dan Bali.
Diprediksi 15 ribu delegasi bakal datang dan meramaikan ajang akbar ini. Tentu saja acara ini membawa berkah bagi pariwisata Bali.
Bank Indonesia sendiri memprediksi perputaran uang selama even berlangsung mencapai Rp 5,7 triliun. Namun, Asosiasi Pedagang Valuta Asing (APVA) Bali justru menanggapi dingin ajang ini.
Ketua APVA Bali Ayu Astuti Dhama mengungkapkan, penukaran valuta asing (valas) di Bali selama even berlangsung diprediksi hanya meningkat 20 persen.
Itu pun tidak menyeluruh di Kawasan Bali, hanya beberapa di lokasi wisata. “Tergantung sekarang dari para peserta IMF itu, kalau cuma rapat dan jalan-jalan ya tidak ada peningkatan.
Paling kalaupun ada, hanya beberapa daerah saja, seperti wilayah Bali Selatan, Kuta. Ya disana saja transaksinya meningkat,” tuturnya.
Peningkatan tersebut diprediksi berdasar omset dari masing-masing tempat penukaran valas.
Peningkatan akan menggeliat ketika para peserta berbelanja, maka secara otomatis penukaran valas akan ikut menggeliat.
Masalahnya, kerap aktivitas para delegasi ini diorganisir sehingga kesempatan untuk melakukan penukaran uang sangat kecil.
“Ya kami berharap tidak diorganisir,” terang Dhama. Dia juga meminta sejumlah money changer bodong yang berada di kawasan wisata diberantas.
Karena dengan kunjungan 15 ribu delegasi dari 189 negara harus menimbulkan kesan yang baik bagi Bali karena menyangkut nama negara Indonesia.
“Kami dan BI dengan kepolisian terus memantau keberadaan money changer bodong ini. Paling banyak ada di Kuta,” pungkasnya.