29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:27 AM WIB

Keran Ekspor Buah ke Tiongkok Dibuka, Bali Ekspor 30 Ton Manggis

DENPASAR – Setelah lima tahun sejak 2012 memberlakukan larangan ekspor, kini buah manggis asal Indonesia kembali diperbolehkan merambah pasar Tiongkok.

Kesempatan itu pun diambil eksportir Bali. Tujuh perusahaan, satu di antaranya PT Raja Manggis Sejati resmi mengekspor buah manggis ke Tiongkok.

Jro Putu Tesen, owner PT Raja Manggis Sejati mengungkapkan, sejak awal 2018, perusahaannya telah mengekspor buah manggis sebanyak 30 ton ke Tiongkok.

“Dan hari ini (kemarin) ada 19 ton manggis yang kembali diekspor ke Tiongkok,” ujar Jro Putu Tesen kemarin. Selama ada larangan ekspor manggis, Tesan cukup kesulitan melakukan ekspor.

Agar tetap bisa masuk ke Pasar Tiongkok, pihaknya memilih jalur ekspor melalui negara Thailand dan Malaysia.

Risikonya, biaya yang dia keluarkan lebih mahal. Melalui negara tetangga, dia harus mengeluarkan ongkos lebih mahal Rp 18 ribu per kilogram ketimbang melalui Bali dengan pesawat langsung yang ditempuh lima jam.

“Dulu harga di petani kami serap murah. Kalau sekarang lebih mahal dan tenaga kerja juga mulai terserap. Kalau dari Bali langsung ongkos ekspor Rp 13 ribu per kilogram,” jelasnya.

Dengan dibukanya ekspor ini juga menambah rasa optimis petani manggis. “Sekarang pasarnya pasti, jadi untuk pengembangan tanaman akan bisa terwujud,” katanya. 

DENPASAR – Setelah lima tahun sejak 2012 memberlakukan larangan ekspor, kini buah manggis asal Indonesia kembali diperbolehkan merambah pasar Tiongkok.

Kesempatan itu pun diambil eksportir Bali. Tujuh perusahaan, satu di antaranya PT Raja Manggis Sejati resmi mengekspor buah manggis ke Tiongkok.

Jro Putu Tesen, owner PT Raja Manggis Sejati mengungkapkan, sejak awal 2018, perusahaannya telah mengekspor buah manggis sebanyak 30 ton ke Tiongkok.

“Dan hari ini (kemarin) ada 19 ton manggis yang kembali diekspor ke Tiongkok,” ujar Jro Putu Tesen kemarin. Selama ada larangan ekspor manggis, Tesan cukup kesulitan melakukan ekspor.

Agar tetap bisa masuk ke Pasar Tiongkok, pihaknya memilih jalur ekspor melalui negara Thailand dan Malaysia.

Risikonya, biaya yang dia keluarkan lebih mahal. Melalui negara tetangga, dia harus mengeluarkan ongkos lebih mahal Rp 18 ribu per kilogram ketimbang melalui Bali dengan pesawat langsung yang ditempuh lima jam.

“Dulu harga di petani kami serap murah. Kalau sekarang lebih mahal dan tenaga kerja juga mulai terserap. Kalau dari Bali langsung ongkos ekspor Rp 13 ribu per kilogram,” jelasnya.

Dengan dibukanya ekspor ini juga menambah rasa optimis petani manggis. “Sekarang pasarnya pasti, jadi untuk pengembangan tanaman akan bisa terwujud,” katanya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/