33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:26 PM WIB

Mistis! Pohon Pule yang Menimpa Ida Pedanda Hingga Tewas Ikut Menangis

NEGARA – Ida Pedanda Gede Oka Sudanta,60, dari Griya Taman Sari, Banjar Tibu Sambi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo,

meninggal sesaat setelah memimpin upacara mecaruan pohon pule untuk pembuatan tapel barong, Sabtu (7/4) kemarin.

Namun, ada kejadian mistis yang tidak masuk tidak bisa dinalar dengan akal sehat sebelum pohon patah menimpa sang Ida Pedanda.

Menurut Ida Pedanda Gede Oka Sudanta, pohon pule itu sempat menangis. Hal tersebut diucapkan Ida Pedanda saat melakuian prosesi upacara menandai pohon pule.

Saat itu, Ida Pedanda menggunakan pahat dan palu naim ke bagian pohon untum menandai bagian pohon yang akan dipotong untuk membuat tapel barong.

“Ratu Pedanda bilang pohonnya menangis,” kata Dewa Rai Sukada, krama Pura Puseh Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja, Mendoyo, yang menjadi saksi mata saat peristiwa tragis terjadi.

Salah satu kerabat yang mendampingi Ida Pedanda menambahkan, pohon pule itu disebut menangis karena saat ditandai mengeluarkan air.

Tidak ada firasat apa-apa, kenapa pohon itu bisa menangis. Yang jelas, keluarnya air dari batang pohon itu tak disangka-sangka.

“Waktu turun bilang kalau pohon menangis, air keluar dari pohon,”  kata Ida Bagus Putra,38, keponakan korban.

Nahas, menangisnya pohon yang disebut Ida Pedanda tanda akan datangnya peristiwa tragis. Pohon pule yang sudah ditandai patah ketika digergaji dengan mesin.

Puluhan orang yang menyaksikan berhamburan menghindar. Sedangkan Ida Pedanda yang sudah sepuh tidak mampu menghindari pohon setinggi sekitar 30 meter.

Ida Pedanda tertimpa salah satu cabang pohon hingga menyababkan meninggal dunia di lokasi kejadian. 

NEGARA – Ida Pedanda Gede Oka Sudanta,60, dari Griya Taman Sari, Banjar Tibu Sambi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo,

meninggal sesaat setelah memimpin upacara mecaruan pohon pule untuk pembuatan tapel barong, Sabtu (7/4) kemarin.

Namun, ada kejadian mistis yang tidak masuk tidak bisa dinalar dengan akal sehat sebelum pohon patah menimpa sang Ida Pedanda.

Menurut Ida Pedanda Gede Oka Sudanta, pohon pule itu sempat menangis. Hal tersebut diucapkan Ida Pedanda saat melakuian prosesi upacara menandai pohon pule.

Saat itu, Ida Pedanda menggunakan pahat dan palu naim ke bagian pohon untum menandai bagian pohon yang akan dipotong untuk membuat tapel barong.

“Ratu Pedanda bilang pohonnya menangis,” kata Dewa Rai Sukada, krama Pura Puseh Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja, Mendoyo, yang menjadi saksi mata saat peristiwa tragis terjadi.

Salah satu kerabat yang mendampingi Ida Pedanda menambahkan, pohon pule itu disebut menangis karena saat ditandai mengeluarkan air.

Tidak ada firasat apa-apa, kenapa pohon itu bisa menangis. Yang jelas, keluarnya air dari batang pohon itu tak disangka-sangka.

“Waktu turun bilang kalau pohon menangis, air keluar dari pohon,”  kata Ida Bagus Putra,38, keponakan korban.

Nahas, menangisnya pohon yang disebut Ida Pedanda tanda akan datangnya peristiwa tragis. Pohon pule yang sudah ditandai patah ketika digergaji dengan mesin.

Puluhan orang yang menyaksikan berhamburan menghindar. Sedangkan Ida Pedanda yang sudah sepuh tidak mampu menghindari pohon setinggi sekitar 30 meter.

Ida Pedanda tertimpa salah satu cabang pohon hingga menyababkan meninggal dunia di lokasi kejadian. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/