NEGARA – Meninggalnya Ida Pedanda Gede Oka Sidanta (sebelumnya ditulis Sudanta) dari Griya Taman Sari Megati, karena tertimpa pohon pule yang akan dibuat tapel barong menyisakan duka dan tanda tanya warga Jembrana.
Bendesa Pakraman Munduk Anggrek Kaja I Made Subagia yang juga pemilik kebun tempat peristiwa tragis tersebut terjadi menuturkan,
sebelum dilakukan prosesi pemotongan kayu untuk tapel barong, krama Desa Pakraman Munduk Anggrek Kaja melalui paruman sepakat untuk membuat tapel barong.
Kemudian bendesa datang meminta petunjuk Ida Pedanda di Griya Taman Sari Megati, Banjar Tibu Sambi, Yahembang Kangin.
“Kami di desa pakraman tidak tahu apa-apa tentang prosesi upacara pengambilan gempong tanaman pule ini,” ujar Subagia, Minggu (8/4) sore.
Petunjuk dari Ida Pedanda waktu itu mengenai prosesi prosesi pengambilan gempong pohon pule untuk tapel dan banten yang harus disediakan.
Bahkan, Ida Pedanda menyatakan kesaunggupannya untuk muput atau mimpin prosesi upacara sebelum pemotongan gempong pohon pule.
Petunjuk dan kesanggupan Ida Pedanda muput ini karena warga sadar pohon pule ini dikenal angker. Terlebih, gempong pohon pule akan digunakan sebagai tapakan barong.
Sebelum nahas itu datang, Ida Pedanda memimpin proses upacara. Ida Pedanda sendiri yang menandai atau nyikut bagian pohon yang harus dipotong untuk tapel.
Setelah Ida Pedanda nyikut, kemudian dilakukan pemotongan oleh tukang gergaji mesin. Namun, Bendesa menegaskan, saat itu bukan menebang pohonnya hanya gempong yang ada dalam pohon pule itu dipotong.
Rencananya ada dua gempong yang akan dipotong. Pemotongan yang sudah dilakukan oleh tukang gergaji, ternyata membuat pohon sekitar 30 meter itu tumbang.
Warga lain saat itu berlarian dan Ida Pedanda yang saat itu bersama warga lain juga lari, namun bagian pohon menimpanya hingga menyebabkan meninggal dunia.