31.3 C
Jakarta
21 September 2024, 10:25 AM WIB

Suwung Bergetar, Program Banjar Bebas Asap Rokok, Ini yang Disasar…

DENPASAR – Perokok di Bali angkanya cukup tinggi. Hal tersebut membuat beberapa pihak yang peduli kesehatan paru-paru menggelar program bebas asap rokok.

Tahun 2018 ini, program tersebut dilakukan di Banjar Karang Suwung, Pedungan Denpasar. Mereka beri nama, Karang Suwung BERGETAR (Berdayakan Gerakan Tanpa Asap Rokok).

Ni Nyoman Miyuliati selaku staf promosi kesehatan masyarakat, Puskesmas IV Denpasar Sekatan, mengatakan, di banjar Suwung Karang, angka perokok ternyata cukup tinggi.

Secara keseluruhan, dari 156 KK yang berada di lingkungan Banjar Karang Suwung, ada 70 KK yang merupakan perokok.

Atas dasar itu, pihaknya pun melakukan pendekatan untuk mengurangi asal rokok tersebut dengan melibatkan peran kader kesehatan, posyandu, posbindu, Sekaa Teruna Teruni dan anak sekolah.

“Dari hasil kajian, memang awalnya ditemukan banyak yang merokok di banjar Karang Suwung. Padahal, dalam aturan itu juga disebutkan tidak boleh ngerokok dalam rumah,” kata Miyuliati.

Program Karang Suwung Bergetar ini sudah dilakukan pada awal tahun 2018, melanjutkan dari program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga tahun 2017 di 6 banjar lainnya.

Secara teknis, pihaknya melakukan pendekatan sesuai dengan target. “Termasuk juga ke lurah agar mengeluarkan surat keputusan untuk warga tidak merokok di dalam rumah,” tururnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi dengan para perokok di banjar tersebut. Yang disampaikan terkait dengan bahaya merokok serta 25 penyakit yang bisa timbul dari rokok tersebut.

Menariknya, kedepan pihaknya juga menghimbau untuk para penjual rokok, untuk tidak menjual rokok secara eceran.

“Terutama anak yang masih sekolah itu, tidak sembarangan untuk coba-coba membeli rokok,” terangnya.

Hasilnya, ternyata meningkat ke arah yang jauh lebih baik. Hal tersebut di ukur dari prilaku, pengetahuan dan sikap para perokok yang mengalami peningkatan secara signifikan.

“Hanya saja, secara observasinya ini masih belum meningkat. Masih perlu pendampingan kedepannya. Jadi peranan kader kesehatan tetap melakukan pemantauan,” terangnya.

 

 

 

DENPASAR – Perokok di Bali angkanya cukup tinggi. Hal tersebut membuat beberapa pihak yang peduli kesehatan paru-paru menggelar program bebas asap rokok.

Tahun 2018 ini, program tersebut dilakukan di Banjar Karang Suwung, Pedungan Denpasar. Mereka beri nama, Karang Suwung BERGETAR (Berdayakan Gerakan Tanpa Asap Rokok).

Ni Nyoman Miyuliati selaku staf promosi kesehatan masyarakat, Puskesmas IV Denpasar Sekatan, mengatakan, di banjar Suwung Karang, angka perokok ternyata cukup tinggi.

Secara keseluruhan, dari 156 KK yang berada di lingkungan Banjar Karang Suwung, ada 70 KK yang merupakan perokok.

Atas dasar itu, pihaknya pun melakukan pendekatan untuk mengurangi asal rokok tersebut dengan melibatkan peran kader kesehatan, posyandu, posbindu, Sekaa Teruna Teruni dan anak sekolah.

“Dari hasil kajian, memang awalnya ditemukan banyak yang merokok di banjar Karang Suwung. Padahal, dalam aturan itu juga disebutkan tidak boleh ngerokok dalam rumah,” kata Miyuliati.

Program Karang Suwung Bergetar ini sudah dilakukan pada awal tahun 2018, melanjutkan dari program indonesia sehat dengan pendekatan keluarga tahun 2017 di 6 banjar lainnya.

Secara teknis, pihaknya melakukan pendekatan sesuai dengan target. “Termasuk juga ke lurah agar mengeluarkan surat keputusan untuk warga tidak merokok di dalam rumah,” tururnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan sosialisasi dengan para perokok di banjar tersebut. Yang disampaikan terkait dengan bahaya merokok serta 25 penyakit yang bisa timbul dari rokok tersebut.

Menariknya, kedepan pihaknya juga menghimbau untuk para penjual rokok, untuk tidak menjual rokok secara eceran.

“Terutama anak yang masih sekolah itu, tidak sembarangan untuk coba-coba membeli rokok,” terangnya.

Hasilnya, ternyata meningkat ke arah yang jauh lebih baik. Hal tersebut di ukur dari prilaku, pengetahuan dan sikap para perokok yang mengalami peningkatan secara signifikan.

“Hanya saja, secara observasinya ini masih belum meningkat. Masih perlu pendampingan kedepannya. Jadi peranan kader kesehatan tetap melakukan pemantauan,” terangnya.

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/