33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:43 PM WIB

Tangani 2.900 Penderita, Umumnya dari Indonesia Timur

Ada yang menyentuh perasaan dalam aktivitas Yayasan Senyum Bali yang menangani penderita bibir sumbing sejak didirikan tahun 2005 silam.

 

JULIADI, Denpasar 

TAK butuh waktu lama koran ini menjangkau lokasi Yayasan Senyum Bali di Jalan Pulau Aru No 10 Denpasar atau tepatnya di belakang Fakultas Hukum Universitas Udayana. 

Cuaca cukup cerah ketika koran ini tiba di halaman yayasan. Di depan pintu gerbang terpasang umbul-umbul bendera Merah Putih.

Kemudian hiasan bunga kenikir terlihat di setiap sudut ruangan bangunan. Salah satu staf yayasan, Sintha Kumala Dewi dengan wajah semringah menyapa Jawa Pos Radar Bali.

Di ruangan tamu berbagai foto pasien, foto kegiatan pasien, beberapa sertifikat, dan piagam penghargaan tertata rapi di lemari kaca.

Tak hanya itu, hasil olahan kreatif dari tangan pasien dan staf yayasan yang berbentuk mainan kunci boneka dipajang.

“Yayasan ini khusus untuk para penderita yang memerlukan operasi bibir sumbing, celah -celah langit, dan cacat wajah lainnya,” ucap Shinta sambil menyuguhkan segelas air putih. 

Shinta menuturkan yayasan ini berdiri sejak 2005. Sebagian besar pasien berasal dari Bali hingga wilayah Indonesia Timur.

Untuk penderita bibir sumbing, langit-langit bibir, dan cacat wajah dirawat di sini mulai dari bayi, anak-anak yang mengalami cacat sejak lahir hingga orang dewasa. Ada sebelas kamar yang disediakan.

Selang beberapa menit kemudian pendiri Yayasan Senyum Bali Merry Northmore, pun menemui koran ini.

Dirinya termotivasi untuk mendirikan Yayasan Senyum Bali, karena penelitian salah seorang dokter dari Australia di seluruh dunia yakni khusus di Indonesia 1 berbanding 600 anak lahir mengalami cacat bawaan di wajah yakni bibir sumbing dan palato sumbing di dalam dan tumor pada wajah.

Di lapangan kata dia, banyak ditemukan kasus cacat wajah. Di Bali dan wilayah Indonesia Timur banyaknya kasus tersebut terjadi pada bayi dan anak-anak yang mengalami penyakit bibir sumbing, palato sumbing, dan cacat wajah.

“Kami tampung di rumah sakit, kamar kos hingga kami kontrakkan rumah,” ungkap Merry sambil menunjukkan foto-foto rumah yayasan yang dikontrakan saat itu. 

Perempuan asal Inggris, ini memilih sebagai warga negara Indonesia. Mulai tahun 2005 terbentuk hingga saat ini sebanyak 2.900 pasien ditangani dan sudah menjalani operasi.

Dari jumlah itu, sebagian besar pasien bibir sumbing tersebut terbanyak berasal dari Lombok Timur, Manggarai, dan Flores.

Menurutnya, gejala dengan penyakit seperti ini bukan disebabkan oleh virus atau wabah penyakit.

Melainkan karena faktor keturunan ada juga karena faktor lainnya yakni kondisi lingkungan. Penderita bibir sumbing hanya dapat dilakukan dari bayi berumur 3 bulan hingga dewasa.

Namun, jika bayi tersebut mengalami palato sumbing di dalam maka operasi dapat dilakukan lebih dari dua kali hingga empat kali. Karena tergantung dari cacat yang dialami penderita.

Sumber dana untuk melakukan perawatan, pengobatan, dan operasi kepada pasien bersumber dari donatur dan sumbangan pihak luar.

Baik yang sifat donatur tetap maupun sukarela. Disebutkan, butuh biaya Rp 30 juta – Rp 35 juta untuk operasional setiap bulan.

Sementara itu, Ketua Yayasan Senyum Bali Desak Made Sukma Dewi, menuturkan pasien yang dirawat di sini tak hanya diberikan bantuan dalam bentuk pengobatan.

Namun, juga diberikan bantuan sosial seperti bantuan pendidikan. Di yayasan sendiri juga disediakan tenaga medis yakni 1 perawat dan 1 satu bidan.

Kemudian 8 relawan. Relawan ini yang akan mengajarkan kepada para pasien terutama anak dan orang dewasa terkait keterampilan dan pendidikan.

Ada yang menyentuh perasaan dalam aktivitas Yayasan Senyum Bali yang menangani penderita bibir sumbing sejak didirikan tahun 2005 silam.

 

JULIADI, Denpasar 

TAK butuh waktu lama koran ini menjangkau lokasi Yayasan Senyum Bali di Jalan Pulau Aru No 10 Denpasar atau tepatnya di belakang Fakultas Hukum Universitas Udayana. 

Cuaca cukup cerah ketika koran ini tiba di halaman yayasan. Di depan pintu gerbang terpasang umbul-umbul bendera Merah Putih.

Kemudian hiasan bunga kenikir terlihat di setiap sudut ruangan bangunan. Salah satu staf yayasan, Sintha Kumala Dewi dengan wajah semringah menyapa Jawa Pos Radar Bali.

Di ruangan tamu berbagai foto pasien, foto kegiatan pasien, beberapa sertifikat, dan piagam penghargaan tertata rapi di lemari kaca.

Tak hanya itu, hasil olahan kreatif dari tangan pasien dan staf yayasan yang berbentuk mainan kunci boneka dipajang.

“Yayasan ini khusus untuk para penderita yang memerlukan operasi bibir sumbing, celah -celah langit, dan cacat wajah lainnya,” ucap Shinta sambil menyuguhkan segelas air putih. 

Shinta menuturkan yayasan ini berdiri sejak 2005. Sebagian besar pasien berasal dari Bali hingga wilayah Indonesia Timur.

Untuk penderita bibir sumbing, langit-langit bibir, dan cacat wajah dirawat di sini mulai dari bayi, anak-anak yang mengalami cacat sejak lahir hingga orang dewasa. Ada sebelas kamar yang disediakan.

Selang beberapa menit kemudian pendiri Yayasan Senyum Bali Merry Northmore, pun menemui koran ini.

Dirinya termotivasi untuk mendirikan Yayasan Senyum Bali, karena penelitian salah seorang dokter dari Australia di seluruh dunia yakni khusus di Indonesia 1 berbanding 600 anak lahir mengalami cacat bawaan di wajah yakni bibir sumbing dan palato sumbing di dalam dan tumor pada wajah.

Di lapangan kata dia, banyak ditemukan kasus cacat wajah. Di Bali dan wilayah Indonesia Timur banyaknya kasus tersebut terjadi pada bayi dan anak-anak yang mengalami penyakit bibir sumbing, palato sumbing, dan cacat wajah.

“Kami tampung di rumah sakit, kamar kos hingga kami kontrakkan rumah,” ungkap Merry sambil menunjukkan foto-foto rumah yayasan yang dikontrakan saat itu. 

Perempuan asal Inggris, ini memilih sebagai warga negara Indonesia. Mulai tahun 2005 terbentuk hingga saat ini sebanyak 2.900 pasien ditangani dan sudah menjalani operasi.

Dari jumlah itu, sebagian besar pasien bibir sumbing tersebut terbanyak berasal dari Lombok Timur, Manggarai, dan Flores.

Menurutnya, gejala dengan penyakit seperti ini bukan disebabkan oleh virus atau wabah penyakit.

Melainkan karena faktor keturunan ada juga karena faktor lainnya yakni kondisi lingkungan. Penderita bibir sumbing hanya dapat dilakukan dari bayi berumur 3 bulan hingga dewasa.

Namun, jika bayi tersebut mengalami palato sumbing di dalam maka operasi dapat dilakukan lebih dari dua kali hingga empat kali. Karena tergantung dari cacat yang dialami penderita.

Sumber dana untuk melakukan perawatan, pengobatan, dan operasi kepada pasien bersumber dari donatur dan sumbangan pihak luar.

Baik yang sifat donatur tetap maupun sukarela. Disebutkan, butuh biaya Rp 30 juta – Rp 35 juta untuk operasional setiap bulan.

Sementara itu, Ketua Yayasan Senyum Bali Desak Made Sukma Dewi, menuturkan pasien yang dirawat di sini tak hanya diberikan bantuan dalam bentuk pengobatan.

Namun, juga diberikan bantuan sosial seperti bantuan pendidikan. Di yayasan sendiri juga disediakan tenaga medis yakni 1 perawat dan 1 satu bidan.

Kemudian 8 relawan. Relawan ini yang akan mengajarkan kepada para pasien terutama anak dan orang dewasa terkait keterampilan dan pendidikan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/