26.5 C
Jakarta
21 November 2024, 0:18 AM WIB

Evaluasi Pasca Tersingkir dari AFC Cup; Fighting Spirit Pemain Hilang

DENPASAR – Permainan Serdadu Tridatu terus meredup setelah kemenangan adu penalti melawan Madura United dalam laga perempat final Piala Presiden.

Melawan Yangon United jadi antiklimaknya. Sangat jelas sekali Bali United tidak memiliki gairah permainan sama sekali setelah Maung Maung Lwin berhasil memperkecil ketertinggalan Yangon United di penghujung babak pertama.

Jangan dulu menyalahkan wasit setelah serangkaian hasil buruk yang terjadi kepada skuad asuhan Widodo Cahyono Putro. Bali United harus berkaca pada diri sendiri tentang apa yang salah dengan penampilan mereka.

Jangan juga 100 persen menyalahkan pelatih atau pemain. Manajemen Serdadu Tridatu harus berpikir apakah ada yang salah dari manajerial Serdadu Tridatu atau tidak.

Apalagi ada yang beranggapan Serdadu Tridatu di musim 2018 ini sedikit sombong. Sombong dalam pengertian sebenarnya.

Kata itu tertuju kepada manajemen Serdadu Tridatu. Itu bisa dilihat dari keputusan Komdis PSSI dan wasit di Liga 1 2018 yang banyak merugikan Bali United.

Tersiar kabar ada yang tidak senang jika Bali United berada di papan atas, bahkan juara Liga 1.

Publik sepakbola Bali juga tidak perlu menyalahkan Ilija Spasojevic yang masih belum bertaji meski dia sudah membuktikan saat melawan Yangon United dengan satu gol dan satu assist.

Jangan lagi membandingkan IIija Spasojevic dengan Sylvano Comvalius yang mentereng di musim lalu. Yang perlu dicermati, roh permainan Bali United seakan hilang.

Umpan-umpan akurat tidak lagi tercipta. Musim lalu, trio Marcos-Taufiq-Fadil begitu disegani dan sangat berbahaya.

Sepeninggal Marcos Flores, umpan-umpan manja ke lini depan sedikit hilang. Milos Krkotic juga belum teruji 100 persen sebagai gelandang serang anyar Bali United.

Jika diperhatikan saat melawan The Lions – julukan Yangon United,  lini tengah Serdadu Tridatu begitu mudah dieksploitasi.

Yangon United benar-benar menguasai pertandingan dan pergerakan bola dari Bali United seakan hanya berada d lini tengah saja.

Lihat juga bagaimana Emmanuel Ikechukwu begitu mudah menceploskan bola ke gawang Kadek Wardana setelah melewati penjagaan superketat dari empat pemain Bali United.

Kuncinya satu, daya tahan pemain Serdadu Tridatu yang sudah mulai kendor. Parahnya, dengan gampangnya pemain kehilangan konsentrasi.

Entah apa yang terjadi di internal tim Serdadu Tridatu. Comeback Yangon United setelah tertinggal 0-2 menjadi cambuk bagi Fadil Sausu dkk.

Jika tidak berbenah, bukan tidak mungkin kontra Persela Lamongan di pekan keempat Liga 1 (16/4), Bali United kembali meraih hasil buruk. Ayo berbenah! 

DENPASAR – Permainan Serdadu Tridatu terus meredup setelah kemenangan adu penalti melawan Madura United dalam laga perempat final Piala Presiden.

Melawan Yangon United jadi antiklimaknya. Sangat jelas sekali Bali United tidak memiliki gairah permainan sama sekali setelah Maung Maung Lwin berhasil memperkecil ketertinggalan Yangon United di penghujung babak pertama.

Jangan dulu menyalahkan wasit setelah serangkaian hasil buruk yang terjadi kepada skuad asuhan Widodo Cahyono Putro. Bali United harus berkaca pada diri sendiri tentang apa yang salah dengan penampilan mereka.

Jangan juga 100 persen menyalahkan pelatih atau pemain. Manajemen Serdadu Tridatu harus berpikir apakah ada yang salah dari manajerial Serdadu Tridatu atau tidak.

Apalagi ada yang beranggapan Serdadu Tridatu di musim 2018 ini sedikit sombong. Sombong dalam pengertian sebenarnya.

Kata itu tertuju kepada manajemen Serdadu Tridatu. Itu bisa dilihat dari keputusan Komdis PSSI dan wasit di Liga 1 2018 yang banyak merugikan Bali United.

Tersiar kabar ada yang tidak senang jika Bali United berada di papan atas, bahkan juara Liga 1.

Publik sepakbola Bali juga tidak perlu menyalahkan Ilija Spasojevic yang masih belum bertaji meski dia sudah membuktikan saat melawan Yangon United dengan satu gol dan satu assist.

Jangan lagi membandingkan IIija Spasojevic dengan Sylvano Comvalius yang mentereng di musim lalu. Yang perlu dicermati, roh permainan Bali United seakan hilang.

Umpan-umpan akurat tidak lagi tercipta. Musim lalu, trio Marcos-Taufiq-Fadil begitu disegani dan sangat berbahaya.

Sepeninggal Marcos Flores, umpan-umpan manja ke lini depan sedikit hilang. Milos Krkotic juga belum teruji 100 persen sebagai gelandang serang anyar Bali United.

Jika diperhatikan saat melawan The Lions – julukan Yangon United,  lini tengah Serdadu Tridatu begitu mudah dieksploitasi.

Yangon United benar-benar menguasai pertandingan dan pergerakan bola dari Bali United seakan hanya berada d lini tengah saja.

Lihat juga bagaimana Emmanuel Ikechukwu begitu mudah menceploskan bola ke gawang Kadek Wardana setelah melewati penjagaan superketat dari empat pemain Bali United.

Kuncinya satu, daya tahan pemain Serdadu Tridatu yang sudah mulai kendor. Parahnya, dengan gampangnya pemain kehilangan konsentrasi.

Entah apa yang terjadi di internal tim Serdadu Tridatu. Comeback Yangon United setelah tertinggal 0-2 menjadi cambuk bagi Fadil Sausu dkk.

Jika tidak berbenah, bukan tidak mungkin kontra Persela Lamongan di pekan keempat Liga 1 (16/4), Bali United kembali meraih hasil buruk. Ayo berbenah! 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/