SINGARAJA – Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Masyarakat Untuk Penegakan Hukum dan Keadilan (LSM Kompak)
menuding aksi penolakan pembangunan PLTU batu bara di Desa Celukan Bawang, ditunggangi kepentingan pribadi.
LSM itu mengklaim telah turun ke Desa Celukan Bawang bertemu masyarakat. Konon masyarakat malah menyampaikan dukungan pembangunan.
Hal itu diungkapkan Ketua LSM Kompak Ketut Ocha Wardana kemarin. Ocha mengatakan ia bersama tim sudah turun ke Celukan Bawang untuk bertemu beberapa masyarakat di sana.
Termasuk kalangan nelayan dan petani. Pihaknya menanyakan langsung aspirasi warga di sana.
“Warga di sana, dari sebelumnya sampai sekarang, mendukung. Menurut kami, ini murni ada kepentingan pribadi yang menunggangi masyarakat,” kata Ocha.
Saat aksi penolakan berlangsung pada Selasa (17/4) lalu, Ocha menyebut masyarakat sebenarnya tidak berniat melakukan penolakan.
Sebaliknya masyarakat datang untuk melihat kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace yang buang sauh di perairan Celukan Bawang.
Selain itu beberapa warga lainnya datang untuk mengikuti persembahyangan bersama. Pun soal hasil pertanian, ia menilai banyak kelapa yang di sana dipetik dalam usia muda.
“Nelayan juga bilang hasil ikan di sana memang sedikit. Kalau ada pencemaran, buktinya tidak pernah ada kematian ikan secara mendadak dalam jumlah besar di sana,” imbuhnya.
Apa ini artinya LSM Kompak mendukung konsorsium? Ocha dengan tegas menampiknya.
“Kami hanya ingin menyampaikan, kalau memang tidak melanggar aturan jangan dihambat. Tapi kalau tidak berizin, ya jangan dilanjutkan.
Kalau memang batu bara menggangu, kan tidak akan dapat izin dari pemerintah. Buktinya dapat izin, dan setahu kami masyarakat di sana tidak terganggu,” tegasnya.